oleh mysJ
Aku
masih saja berteman dengan sebuah pantulan yang dihasilkan oleh cahaya lilin.
Mencoba bergerak dari bayangan satu kebayangan yang lain dan coba memanipulasi
diri dengan realita yang ada. Bila ada yang bertanya, aku selalu menjawab
“Sudah tidak ada, sudah biasa” sejujurnya, bila dirasakan sekali lagi aku masih
bisa menyentuhnya dalam hatiku. Sulit untuk menjelaskan bagaimana perasaan ini.
Ini lebih dari sekedar mengikhlaskan, bukan sebuah hal yang harus dimengerti
karena takdir. Karena dia pergi bukan karenaNya, tapi karena keinginannya.
Najis rasanya bila terpintas kenangan kebersamaan yang pernah tercipta antara
aku dan dirinya. Bukannya aku egois karena kenyataan yang ada, tapi rasanya
tidak pantas saja dengan apa yang telah terciptakan dengan situasi antara kita
yang saat ini terjadi. Bagaimana kabarmu cinta pertamaku? Sosok adik kelas
Sekolah Dasarku yang selalu ku ikuti langkahnya ketika pulang sekolah, namun
sayangnya aku tak pernah sukses untuk bisa mengetahui dimana rumahmu. Akulah
abang kelas yang dulu selalu menunggumu di pintu gerbang sekolah yang berwarna
hijau tua tersebut. Menanti langkahmu untuk melewati gerbang itu dengan harapan
bisa melihatmu saja untuk mengakhiri hari itu. sekarang aku mengerti, setelah
didik dan mendapat sebuah pelajaran berharga dari seseorang dari masalalu. Bagaimana
rasanya mendapat sebuah teori dan praktikum dalam menghargai seberapa besar
perasaan seseorang, dialah orangnya, orang yang sukses membuatku selalu
berjalan ditempat selama hampir 2 tahun. Sebentar lagi tepat 15 februari, dan
jika kita masih dilahirkan sebagai sepasang kekasih yang merajut hati itu
artinya sudah 2 tahun umur hubungan kita.
Kita
telah berjalan dijalan masing masing. Mengikuti alur takdir yang telah tuhan
berikan dan lurus melangkah, berjalan tanpa mengenal siapapun orang dimasalalu
dan bagaimana cerita bersamanya. Terlalu berharga waktu yang ada jika ku buang
percua untuk mengingat kenangan bersamamu dahulu. Cerita konyol sekali
sepertinya ketika SMA aku berusaha mencintai dan mengejarmu sampai mati matian.
Dan tanpa kusadari aku terhanyut oleh arus ombak yang terjadi dalam hidupku.
Meninggalkanmu yang susah payah kudapatkan dan harus menyesal melihat seberapa
banyak hal yang kulewati tanpamu. Masih ingat? Bagaimana ending ceritanya? Ya, meskipun
kini aku sudah menjadi laki laki berkarier dan sepertinya nasib mu benar benar
beruntung bisa masuk keperguruan tinggi negeri favorite yang ada di Medan.
Sudah lama aku menjamin kecerdasan yang kau miliki pasti akan menuntunmu
menjadi salah seorang mahasiswi disana. Dulu apakah tuhan hanya meninginkanku
mengecap kebahagiaan sementara? Atau memang aku mencintaimu yang masih begitu
polos dan lugu untuk menerima laki laki
sepertiku? Hingga berbinar – binar cahaya yang terpancar dari kedua matamu ketika
ku ucapkan selamat tinggal? Untuk menatapnya saja aku enggan dan merasa takut.
Awalnya aku memang salah, aku memang menyesal dan aku tahu semua itu tak akan
pernah mengubah keputusanmu untuk membenciku. Sudah berulang kali kau maafkan
kesalahanku dan aku tetap saja mengulangnya dan terus mengulangnya. Tak usahkan
untuk bermimpi kembali bersama, untuk benar benar dimaafkan saja itu semua
mustahil. Aku menyesal dengan kesalahan yang memang seharusnya memang terganjar
untukku? Apa maksud dari hidup ini? Aku sadar begitu banya kebodohan yang telah
kuciptakan dan wajar rasanya bila kebodohan itu sendirilah yang menggerogotiku
kedepannya, namun? Rasanya sesal ini tak kunjung hilang. Rasa cintaku tak lagi
sebesar dulu, hanya perasaan sesal yang tak pernah berhenti untuk terus
hantuiku. Aku sudah coba untuk mengikhlaskanmu, melupakan segala yang pernah
terjadi, dan telah ku cabik cabik segala perasaan yang ada untukmu. Dengan cara
membencimu lah ku lakukan semua itu. namun rasanya, aku masih merasakan
penyesalan yang tiada ampun. Selalu diingatkan bagaimana caraku untuk membunuh
perasaanmu dulu dan bagaimana aku menangis untuk penyesalan yang seharusnya
memang kudapatkan.
Aku
bercerita tentang pelangi yang muncul setelah hujan reda, mencoba bernyayi
untuk burung burung yang terbang ketika mentari terbit, dan tertawa lepas
melihat gumpalan ombak yang menabrak karang. Aku mengenalmu dari awal sejarah
cintaku, sosok adik kelas yang dahulu sempat kulupakan. Dan saat ini kembali
muncul dan saat ini berada ditengah tengah kehidupanku yang sedang berlangsung.
Kita bertemu kembali setelah 2 tahun berpisah dan berbeda sekolah. Aku di
Sekolah Menengah dan dirimu yang masih menjadi siswi Sekolah Dasar yang juga
menjadi tempatku menuntut pendidikan selama 6 tahun itu. ternyata cinta pertama
itu benar benar menarik. Tuhan menciptakannya sebagai cover awal dalam kliping
percintaan. Dimana setelah akhir dari isi kliping tersebut selesai, setiap
orang akan kembali lagi kebagian depan dari kliping tersebut yaitu Covernya. Kini
kau benar benar ada disini cik. Meskipun diawal kau menolakku namun semua itu
tak membuatku berhenti untuk terus melangkah dan mengejarmu. Bagaimana anehnya
sikapku ketika kita dipertemukan kembali setelah beberapa tahun dipisahkan.
Mungkinkah kau Cinta Pertama sekaligus Cinta Sejatiku? Ah entahlah, yang
terpenting saat ini tetaplah bersamaku. Jangan lepas dari pelukan hangat yang
kita berdua ciptakan. Aku mencintaimu lebih dari apapun. Bahkan jika itu
artinya kau tak benar benar mencintaiku. “Besok aku bakal ke bukit, mau ikut?”
.. “Hah? Terus cika naik apa?” .. sedikit bingung juga awalnya dengan
pertanyaannya. Bagaimana tidak, sejak awal aku memang ditakdirkan untuk tidak
bisa mengendarai motor. Jadi, jika ingin pergi kedaerah yang tak terlalu jauh,
aku hanya bisa mengendarai sepeda yang kupunya. “tebengan sama wisnu mau? Tapi
naik sepeda? .. aduh malunya setengah mati mengatakannya. Terkadang terselip
kesedihan melihat mereka yang sudah terbiasa mengendarai sepeda motor dan bisa
leluasa hati berkeliling bersama pasangannya kemana pun mereka mau. Apakah aku
memang dilahirkan sebagai salah seorang yang tidak bisa memiliki bakat untuk
bisa mengendarai motor seperti yang lainnya? “Tapi sama wisnu kan? Kalo itu
artinya bareng wisnu, jalan kaki pun cika rela..” salah satu hal yang benar
benar membuatku mencintai sosoknya adalah karena pengertian dan kecintaannya
yang apa adanya denganku. Seharusnya cika bisa mendapatkan sosok pria idaman
yang lebih dariku. Namun entah mengapa ia bisa mencintaiku dan menerima segala
kekurangan yang kumiliki. “Yaudah, besok jam 10 wisnu jemput di simpang gang
rumah ya?” “hihi oke wisnu sayang” tutupnya yang mengakhiri perbincangan kami
via telfon tersebut. Cika masih SMP, wajar saja jika orang tuanya belum
menizinkan seorang pria datang dan membawa perginya. Sehingga kami backstreet
dari orangtua dan kedua kakaknya. Buatku pandangan orang tidaklah penting
selagi aku dan cika nyaman dengan apa yang kami ciptakan. “Ayo? Kamu siap?..”
“Ini gimana ceritanya? Cika berdiri gitu?” “Yaa iya dong, cika berdiri terus
pegang kuat punduk wisnu..” “Cika belum pernah loh, ntar cika jatuh gimana?”
“Cika percaya sama wisnu kan?” cika melontarkan senyumannya sambil bergegas
naik di bagian belakang sepedaku. Hari itu kami bersiap siap menghilangkan
penat dan melaju dengan sepeda kearah bukit yang berada tak jauh dari rumahku.
Banyak benda yang sengaja kubawa untuk menghibur kami disana. Ditengah
perjalanan, cika mengeluh letih. Ia memintaku untuk berhenti sejenak dan
beristirahat. Memang kulihat cika kelihatan terengah engah. Padahal yang
mendayung aku. “ga ada alternatif lain? Pegel nih berdiri terus” aku berfikir
sejenak sambil melihat kearah sepeda yang kami naiki. Kebetulan sepeda yang
kumiliki memiliki batang yang terbentang lurus didepan, sehingga memungkinkan
untuk membonceng orang dibagian depan. “wisnu ada ide!” .. akhirnya cika duduk
santai dibagian depan sepeda. Aku bisa mencium wanginya rambut hitam lurus
lebatnya tersebut. “akhirnya kesampean juga..” “ha? Kesampaian apa nu?” ..
“bisa mencium wanginya rambut kamu” “hihi kamu ini ada ada aja deh” cika
tertawa kecil mendengar perkataanku. “nuk, kamu kenapa mau sama aku? Aku kan
masih dilarang sama kedua orang tua dan kakak aku buat pacaran?” .. “yang
melarangkan mereka, hatimu engga kan? Perasaanku terlalu mendasar untukmu cik.
Jadi penghalang apapun akan kulewati untuk bersamamu. Selagi kamu bisa
mencintai dan menerimaku dengan segala yang kupunya.. kamu sendiri kenapa mau
samaku?” “ga ada alasan untuk aku ga jatuh cinta samamu nuk. Sumber kekuatanku
saat ini kamu, kamu jangan pernah kecewain aku yaa..” tangan cika mengenggam
kuat tanganku yang sedang menggumpal pada stang sepeda. Sambil tetap mengayuh
aku tersenyum kearahnya. Dalam hati benar benar dikaruniai rasa syukur bisa
memiliki cika yang mampu menyejukkan setiap ruang dalam hatikku. “aku janji ga
akan ngecewain kamu cik..”
ntar ada yang part II... continued..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar