SELAMAT DATANG, Maaf Jika Dalam beberapa penulisan ada Kata/Arti yang salah ataupun Typo. Saya bukan manusia yang sempurna :)
Saat ini saya sedang fokus menulis beberapa Cerita Bersambung maupun Cerita Pendek, Mohon Doanya semoga bisa menyelesaikannya dengan baik, Terima kasih ☺

Comming Soon : CINTA DUNIA MAYA (Cerbung) By: Muhammad Yunus Siregar

Jumat, 25 Januari 2013

MANUSIA DI UJUNG ASA 3


Oleh mysJ

                Aku sudah mempersiapkan segalanya dengan begitu matang, mulai hari ini aku akan mencari cinta lama ku yang tertunda. Aku sudah dibandung dan aku tak ingin rehan tahu bawa aku disini untuk mencari kejelasaan padanya. Kami sudah merencanakan pertemuan disalah satu café yang ada di bandung. Aku sedikit terlambat karena ada harus membeli sebuah hadiah untuknya. Sebuah dress berwarna hitam yang selalu menjadi mimpiku. Aku selalu bermimpi melihatnya mengenakan pakaian wanita seperti ini, tapi bagaimana rehan sekarang aku begitu penasaran. Surat yang ia tulis sudah cukup membuat lautan airmataku terkurasa dan perasaan ku yang begitu dalam menjadi kelabu. Entah apa yang harus ku katakan, tapi saat ini aku sedikit lega bisa mengetahui bagaimana perasannya terhadapku. “Yang mana si rehan ini, 3 tahun ga ketemu pasti banyak perubahan..” tuturku seraya mengelilingi café tempat dimana kami berjanji untuk bertemu. 20 menit lalu rehan menghubungiku. Ia memberitahukan kepadaku bahwa ia telah berada di tempat yang telah kami janjikan. “Aku mencoba menghubungi nya dan bertanya dimana posisinya saat ini.
                “Haloo, Rehan di meja No. berapa? Maaf telat soalnya tadi aku ada urusan sebentar”
                “Cari aja aku di café ini, aku aja sudah Nampak kamu loh ka”
                “Oh, oke fine jadi ceritanya mau main petak umpet nih?”
                “Kok petak umpet sih ka? Haha biar usaha aja dikit, ayo dong cari aku di meja no berapa?”
Kulihat sekeliling café tersebut begitu ramai kerumunan orang orang yang berlalu lalang. Banyak wanita yang ada, namun tak seorangpun yang kulihat berpakaian sport seperti yang biasa rehan gunakan ketika semasa kuliah dulu. “Pasti rehan menggunakan kaos oblong, jeket jeans dengan celana jeans rombeng “ tuturku dalam hati seraya tetap mencari cari sosok orang yang aku cari di café tersebut. Tiba tiba handphoneku kembali bergetar dan ternyata rehanlah yang mencoba menghubungiku kembali.
“Aku kasihan padamu ka, uda kaya orang ling lung begitu. Yaudah cepat kemari aku ada dimeja no. 23”
“Haha, lagian kamunya juga kurang kerjaan pake acara main petak umpet segala. Yudah ntar aku kesana ya?”
Aku berjalan sambil mencari posisi meja dimana rehan berada. “No. 23 yaa?” tuturku dalam hati sambil tetap mencari meja dengan no. 23 di café tersebut. Aku tak begitu yakin dengan informasi yang rehan berikan padaku. Saat ini aku sudah berada tepat dibelakang seorang wanita dengan rambut yang tergerai panjang dengan drees nya yang berwarna gelap. dia berada tepat di meja no. 23, seharusnya rehan yang berada disini. Anak ini benar benar ingin bermain denganku sepertinya. Aku mencoba menghubunginya kembali.
“Tak perlu menghubungiku ka, sayang pulsa kamu. Aku udah disini apa lagi yang perlu kamu tanyakan?”
Aku langsung mengalihkan pandanganku kearah sosok wanita yang berbicara tersebut. Suaranya seperti suara rehan, betapa kagetnya aku ketika melihat ini. Ternyata gadis yang berambut panjang tergerai dan memakai dress berwarna gelap tersebut, ternyata dia rehan. Dia tak mencoba membohongiku bahwa ternyata memang benar dia telah berada dimeja no. 23 hanya penampilannya yang berubah drastis yang benar benar mengecohku.
                “Jadi kamu baru selesai setelah 5 tahun ka?”
“Iya han, banyak benget hal yang harus ku selesaikan. Jadi 4 tahun itu belum bener bener selesai”
                “luar biasa ya kamu”
“kamu ini ngejek terus han. Tapi benerloh aku masih heran ngeliat perubahan kamu sekarang. Bisa drastis seperti ini. Aku aja sampe ga tanda tadi”
“biasa aja kali ka, setiap orang juga bisa berubah kapan saja kan?”
“hehe iya juga ya, jadi kamu masih kerja di perusahaan saham yang dibandung itu?”
“masih nih, 2 bulan lagi aku juga bakal ke singapure, disana ada kerjaan dikit dari perusahaanku”
“oh syukurlah, akhirnya anak lulusan dari Panca Darma benar benar ada yang keep going and go internasional haha”
“Ah kamu ini ada ada aja ka”
Aku masih bergurau sama suara haru biru. Pertemuan yang tak pernah kuduga bakal seperti saat ini benar benar mengejutkan ku sontak bersamaan dengan apa yang kulihat dari diri rehan. Dia berubah, pipinya terlihat berwarna merah muda dan dengan terlihat jelas bibirnya yang berwarna merah muda itu seperti dibaluti lipstick tipis. Rambutnya tergerai panjang dan akhirnya aku bisa juga melihat sosoknya yang tomboy menggunakan dress berwarna gelap. sangat kontras dengan kulitnya yang berwarna putih mulus. Aku masih melihatnya saat ini, dia makan dengan sangan pelan. Bukan seperti dibuat buat, sepertinya memang inilah sosoknya saat ini.
                “Kita ke Trans Studio yuk? Sambil cerita cerita pengalaman? Gimana?” tutur rehan mengajakku.
                “Ayo, boleh”
Kami berjalan melintasi kota bandung yang indah. Kelap kelip lampu lalu lintas membuat eksotika malam di kota itu menjadi kian menenangkan jiwa. Rehan hebat, dengan kesuksesan yang ia peroleh saat ini ia mampu membeli sebuah mobil avanza pribadi hasil jerih payahnya sendiri. Aku sedikit malu untuk mengakui ini, tapi saat ini aku berada bersamanya didalam mobil yang ia punya.
                “Sejak kapan pinter nyetir ka?”
“Sejak aku PPL di semarang han. Pak yanto yang mengajariku menyetir. Waktu itu kan tugasku mengantar – jemput barang dari perusahaan yang ia kelola”
“Nah, itu kenapa ga Tanya lowongan ke bapak yanto itu?”
“Sayangnya udah 1 tahun setengah ini perusahaan itu di teruskan oleh anaknya. Tepat setelah mendinag wafat han”
“Oh, maaf ka aku ga tau kalo gitu ceritanya”
“Gapapa kok, Oh iya bahasa kamu kenapa jadi sok EYEDE begitu?”
“Haha kok EYEDE sih ka? Kita kan warga Negara Indonesia yang baik, jadi ikuti saja prosedur yang ada”
Kami tertawa lepas secara bersamaan. Bagaimana rehan yang kukenal 5 tahun lalu. Dengan tutur bahasa yang berantakan dan mimic bicaranya yang terkadang membuatku rindu padanya. Dia benar benar berubah dari segala segi kehidupan. Punya pekerjaan, Sudah punya apartemen dan mobil pribadi, berkehidupan cukup dan tentu saja memiliki pribadi yang baik serta cantik. Mungkin proses pendewasaan setelah tamat dari kampus lah yang membuatnya seperti saat ini.
                “Jadi, selama aku ga ada dikampus siapa pacar kamu ka?” kami berjalan bersama mengelilingi berbagai wahana yang ada di trans studio tersebut. Rehan terlihat asyik dengan es krim yang aku belikan di tempat wisata tersebut.
                “Aku masih single aja. Sampe saat ini”
                “Kok ga pernah laku ya ka? Haha”
                “Ah kamu ini ngeledek terus! Mau coba naik wahana itu ga?”
Kami berdua. Kami bersama. Tertawa dan menyatu dalam adrenalin yang memuncak naik. Jeritan jeritan takut yang sama sama keluar dari hasil adrenalin kami membuat suasana kian akrab dan menyatu bersama malam. Beberapa wahana telah kami coba dan selalu saja setelah turun dari salah satu wahana yang ada di tempat wisata tersebut membuat rehan harus kekamar mandi. Sepertinya ada salah satu kebiasaan lama yang masih terbawa sampai saat ini.
                “Makasi yah han. Lain kali ajak aku ketempat yang asyik yang ada dibandung”
                “oke sip mamen. Selo aja haha”
                “nah, sebenernya kata kata kaya gitu han yang aku tunggu! Oke selamat malam”
                “Haha Oke bye aska”
Hai wisesa? Malam yang indah bukan? Pernahkah aku berharap malam ini benar benar terjadi? Bisa berdua bersama menghabiskan sinar bulan dengan cinta lama yang belum bisa menyatu. Aku bahagia. Rasanya ingin memainkan dan mengulangi cerita seperti ini berulang ulang. Bersama dia, bersama wanita yang aku cintai.
Aku sudah sebulan untuk berada di Bandung. Belum ada panggilan dari perusahaan ataupun instansi pemerintahan yang telah ku kirimkan surat lamaran. Sepertinya memang nasibku yang harus lama mendapatkan pekerjaan.
“Mas Aska ayo bangun itu diluar sudah ada orang yang nungguin mas. Katanya ada informasi penting mengenai lamaran pekerjaan”
Aku langsung lompat dari tempat tidurku. Dan melihat kearah bibik yang memberitahukanku kabar gembira tersebut.
                “Bibik serius?”
                “Iya mas, sudah sana cuci muka terus langsung temui orangnya di depan”
                “Ah ga perlu cuci muka segala bik. Makasi ya bik informasinya”
Aku berlari keluar dari kamar. Masih menggunakan celana pendek dengan raut wajah yang berantakan.
                “Rehan? Ada apa pagi pagi kesini han?”
“Ya ampun Aska! Bener bener cerminan budaya pengangguran ya? Udah jam 09.00 pagi masih molor? Terus keluar dengan kondisi kaya gini? Untung yang dateng aku, gimana kalo pegawai dari perusahaan yang mau ngabari kamu tentang lamaran pekerjaan?”
“Hehe, udah langsung ketopiknya aja. Ada apa pagi pagi kerumah han?”
“Oh iya sampe lupa. Gimana kalo kita bicaranya diluar aja? Sekalian ada yang pengen ketemu banget sama kamu. Ada juga informasi tentang pekerjaan. Aku tungguin kamu mandi sana cepetan!”
“Haha oke oke bawel!”
Rehan mengajukan permintaan untuk dia yang menyetir. Dia ingin memamerkan kepintarannya dalam menyetir mobil kepadaku. Kami berjalan menuju sebuah toko kue yang ada dipinggiran jalan raya. Katanya ada yang ingin sekali bertemu denganku.
“Jadi gini, 1 bulan lagi aku kan bakal ke singapure. Jadi ntar kamu mau ga gantikan posisi aku di kantor? Tenang aja kemarin aku uda bicarain sama atasan aku dan dia setuju. Kamu sama aku kan satu fakultas dan hampir sama jurusan kita. Ntar kalo atasan aku ngerasa cocok sama kamu, kamu bisa diangkatnya buat jadi karyawan tetap diperusahaannya. Gimana? Tertarik?”
“Wah! Banget han. Jadi kapan aku mulai masuk kerja?”
“Ya ntar tunggu aku kesingapure. Sekitar sebulanan ga nyampe gitu deh. Kamu siapkan aja segala keperluan buat disana ntar. Terutama surat lamaran pekerjaan seminggu  lagi aku ambil ya?”
“Oke han. Makasi ya uda banyak bantu aku selama di bandung. Hehe”
“Biasa aja kali ka, kita kan temenan. Berarti uda sip ini kan?”
“Iya han. Oh iya ngomong ngomong katanya ada yang pengen ketemu aku? Mana orangnya han?”
“Sabar ya ka, ntar lagi nyampe orangnya”
Benar benar mencurigakan. Siapa yang ingin bertemu denganku? Tuturku dalam hati sembari menenangkan hati dari rasa penasaran yang muncul.
                “Nah itu orangnya dateng”
                “Aufa? Seriusan? Aufa ada dibandung juga han?”
                “Hai ka lama ga ketemu. Kabar kamu gimana sehat?”
                “Ya ampun  fa, uda lama banget kita ga ketemu. Kabar ku sehat. Lu sendiri?”
                “Ya alhamdulillah sehat ka. Gimana? Uda denger kabar baik dari si satu ini?”
Tunggu dulu! Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Aufa tahu akan kabar pekerjaan yang rehan berikan kepadaku? Ada apa sebenarnya? Tanyaku dalam hati.
                “Udah fa, Alhamdulillah banget ya punya temen sebaik rehan”
                “Haha, ayo duduk lagi. Sorry telat ya”
Aku melihat binar binar warna kekaguman dari mata rehan kepada Aufa. Memang, 5 tahun lalu tepatnya ketika kami masih berada disemester 2, Rehan dan Aufa sempat pacaran. Dan berkat sarankulah kepada rehan akhirnya Aufa yang sejak awal ada dikampus itu menggilai rehan, bisa bersatu hingga 2 tahun selama berada di sana. 2 tahun melihat pemandangan yang membuat segalanya bisa berubah drastis. Pagi kurasa malam, cahaya mentari kurasa gerimis dipagi hari, entahlah rasanya begitu menyesal dengan kebodohan yang telah kuciptakan ketika dimasa bangku perkuliahan ketika itu.
                “Gimana kabar anak anak yang lain?”
“yang aku tahu sih Cuma si Atika sama Iqbal, mereka udah kerja di perusahaan ternama di Jakarta. Kalo si alif sama juga kaya gua masih lontang lantung kaga jelas begini. Si regi yang gua kaga pernah denger ceritanya”
“Haha masih segila dulu mereka?”
“Ya masih fa, tetep aja ga ada yang berubah”
Rehan terlihat hanya terdiam disamping Aufa. Dia hanya membolak balikan handphone yang ada ditangannya. Aku masih merasa janggal dengan suasana ini. Namun kelihatannya belum ada kejelasan dari mereka. Aku mungkin mulai merasa. Rasanya aku sedikit mencurigai kedekatan antara mereka. Melihat mereka dengan tatapan pertanyaan dan disamping itu, aku harus menahan segala rasa yang ada. Dengan harapan tidak kecewa dengan apa yang aku ketahui kedepannya nanti.
                “Han? Kamu kok diem aja. Dulu biasanya elu yang paling rame?” tuturku menghangatkan suasana.
                “Oh, Iya, enggak eh aku ketoilet sebentar ya?”
Rehan gugup. Matanya jelas memperlihatkanku sebuah keraguan. Sekarang hanya tinggal aku dan aufa. Dan aufa mengeluarkan sesuatu dari tas rehan. Sepertinya aku tahu benda yang akan dia keluarkan.
“Ini, maaf atas kelancanganku teman, rehan sempat cerita beberapa minggu lalu kalo dia diberikan dress ini sama elu, bukan gua ngelarang rehan buat nerima, Cuma biar suasana persahabatan kita lebih enak aja ga ada rasa curiga antara satu sama lain”
“Loh? Maksudnya apa ini fa? Aku beli ini buat rehan. Dan apa hubungannya sama suasana persahabatan kita?”
“Kelihatannya Rehan belum jelasin satu hal pun ya sama kamu ka?”
Aku menggelengkan kepala dengan tatapan kosong kearah aufa. Dalam hati beribu ribu pertanyaan mulai bermetamorfosis menjadi momok yang menghantuiku.
                “Kita tunggu rehan aja ya buat ku jelasin”
Selang beberapa menit, akhirnya rehan keluar dari kamar mandi. Matanya sembab, jelas terlihat memerah. Sepertinya dia menangis.
                “Oke, rehan nya udah dateng jadi bakal kami jelasin”
                “Oke, aku siap mendengarkan penjelasan kalian”
“aku dan rehan memang sempat putus ka setelah 2 tahun jalan bareng, bahkan setelah lulus kami masih menjalani hubungan masing masing. Tak ada ikatan tak ada hal yang berbau cinta diantara kami, namun sepertinya tuhan berpihak pada cinta kami. Akhirnya setelah lulus dan dipertemukan kembali setengah tahun lalu, kami kembali bersama. Dan ini ada sesuatu acara sacral antara kami. Mohon datang ya, kami juga uda mengundang teman teman yang lain”
Oh waktu berhentilah sejenak. Rasanya ada yang menikamku dari belakang melihat semua ini terjadi padaku. Dress yang harus kembali kepadaku dan sebuah surat undangan tunangan yang bertuliskan “AUFA & REHAN” jelas terlihat oleh kedua mataku yang menahan airmata untuk menetes didepan mereka. Aku berhasil! Akhirnya aku berhasil untuk benar benar menghancurkan kehidupan yang kupunya selama ini. Selamat! Berkat saranmu 5 tahun lalu kepada rehan ka, akhirnya saat ini rehan bisa tersenyum dan mencintai Aufa, sahabatmu sendiri dan orang yang telah kau tawarkan kepada rehan. Tak ada alasan untuk menyesal. Karena ini semua adalah hasil dari doa yang kau selalu ucapkan selama ini bukan?
“Oh ya, Hehe akhirnya kalian jadi juga yaa. Aku ikut merasa senang. Dan maaf atas dress ini aku benar benar tidak tahu. Tapi sumpah fa, niatku ngasi dress ini Cuma sebagai oleh oleh sebagai sahabat. Dan selamat atas keseriusan hubungan kalian. Aku turut bahagia”
“Aku ngerti kok ka, niat kamu emang Cuma ngasi ini sebagai sahabat. Tapi ada hal lain yang buat aku ga bisa percaya sama orang kalo ini jadi miliknya, lebih baik kamu simpan terus kamu kasih ke orang yang kamu sayangi. Dan terimakasih atas ucapan selamatnya”
“Oh iya fa, sama sama”
Suasana benar benar berubah 180 derajat.  Atmosfer reuni persahabatan yang harusnya tercipta berubah drastic menjadi gelap dan mengganjal satu sama lain. Aku bersikap seolah olah mencoba menetralkan suasana saat itu, namun kelihatannya semua sia sia. Aufa menarik tangan rehan dan mengajaknya pergi dengan raut wajah yang berbeda dari raut wajahnya ketIka pertama kali melihatku. Demikian juga raut wajah rehan yang memudar seiring langkahnya meninggalkanku. Hanya kepalan tangan yang coba kulampiaskan ketika melihat wanita yang begitu kusayangi harus kulihat bersama pria lain. Sepertinya untuk mengikhlaskanmu itu yang sulit untuk ku lakukan han, bagaimana tidak. Aku sudah pernah mencoba mengikhlaskan mu dengannya ketika dikampus dahulu, dan mengorbankan banyak hal cinta, perasaan, ego dan kecemburuan yang harus ku tanam dalam dalam bersama dengan airmata. Belum pernah rasanya aku sebodoh ini. Aku disini saat ini, dan aku ingin kau mengerti bahwa aku disini karena dirimu. Tapi ternyata harapanku bergeser jauh dari kenyataan. Aku bahkan tak pernah coba berfikir bahwa kau akan kembali bersamanya.
                Rasanya aneh bila aku tak datang untuk membantu persiapan acara akbar mereka. Apalagi disana telah menungguku beberapa sahabat Atiqa, Iqbal dan Alif. Mereka datang dari Jakarta membantu segala persiapan demi kesuksesan acara kedua sahabat kami tersebut. Aku masi dikamar, mencoba menakhlukan perasaan ini dengan segenap airmata. Aku ingin untuk sekali ini saja, wahai perasaan yang seharusnya pergi menghilang, berhentilah untuk terus menuntutku bersamanya! Tak kau lihatkah bagaimana bahagia dirinya untuk menyambut esok? Jadi aku perintahkan kau untuk tidur sejenak dan bantu aku menakhlukan hari ini.
“Akhirnya dateng juga lu ka.. yuk sini bantu bantu”
“Apa kabar lu shob? Kangen bener gua sama lu”
“Jangan bengong aja, ayo banyak kerjaan yang menanti”
Begitulah kalimat kalimat pengawalan dari ketiga sahabatku. Ya meskipun tanpa Regi kami tetap kompak seperti dahulu, hanya ada beberapa perbedaan diantara aku dan aufa.
“Si regi bisa datengnya ntar malem, dia ada lembur katanya yg ga bisa ditinggalin”
Tutur atika salah seorang sahabatku.
“yaudah yang pernting besok hari ‘H’ antara Aufa & Rehan sukses sesukses suksesnya..”
“Amin..” tuturku mendengar perkataan Iqbal.
Rehan langsung melihat kearahku dengan sorotan mata yang seperti ingin mengatakan sesuatu kepadaku. Aku hanya tersenyum kearahnya, matanya jelas memancarkan cahaya berkaca kaca. Apakah ia kagum dengan keteguhan ku atau dia kecewa dengan ku, entahlah aku juga tak mengerti.
Saat ini aku sedang berbaring di salah satu kamar dirumah rehan, sudah pukul 23:45 menit. Terlihat Iqbal dan Regi sudah telelap tidur, mungkin karena kelelahan satu harian mempersiapkan semuanya. Hanya aku yang belum bisa memejamkan mata ini. Aku hanya memandangi biasan cahaya yang dipancarkan bola lampu yang ada dikamar tersebut. Mengingatkanku tentang pandangan rehan terhadapku tadi siang. Apa yang dia maksudkan dengan memberikan kepadaku sorotan mata seperti itu? Handphoneku bergetar. Ada sms masuk dan langsung kulihat isi pesannya.
“Kamu pasti belum tidur, bisa keluar sebentar? Pengirim – Rehan ”
Awalnya sempat ragu untuk mengikuti kemauannya, mengingat saat ini aku sedang berada dilingkungan hari H dirinya besok. Apalagi disini ada beberapa orang temanku, aku takut terjadi salah faham, tapi hati ini bergerak mengikuti haluannya. Ia ingin untuk aku mengetahui apa yang sebenarnya rehan mau. Jadi dengan menutupi segenap perasaan bersalah aku memberanikan diri untuk keluar dan menghampirinya yang kulihat sedang menungguku di teras belakang rumahnya.
“Hai, kenapa belum tidur?” tuturku padanya yang terlihat sedang melamunkan sesuatu hal.
“Eh, iya aku belum ngantuk. Ternyata dugaanku benar kamu belum tidur. Kamu sendiri kenapa belum tidur?”
“Sama, aku juga belum ngantuk han, ada apa? Aku takut ada salah faham kita berbicara berdua seperti ini”
“Tak ada yang perlu ditakuti, ini sudah pukul 03:30 pagi aufa dan yang lain aku yakin sudah terlelap pulas. Ada hal yang ingin kutanyakan..”
“Apa?” Tanyaku sembari penasaran.
“Bukan kah kamu sudah diberikan oleh ibuku sebuah paket kotak? Kenapa tidak bercerita padaku kalau kamu ada kerumah beberapa bulan lalu?”
“Iya ada, maaf aku rasa tak terlalu penting untuk memberitahukanmu bahwa aku sempat datang kerumahmu beberapa bulan lalu..”
“Kenapa? Dari dulu selalu saja meremehkan sesuatu hal ya ka?”
Rehan membiaskan sinar matanya kearahku, dan tent saja ini membuat sedikit perasaanku bergetar karenanya.
“Aku datang hanya untuk bersilaturahmi saja”
“hanya bersilaturahmi? Bukankah kamu mencari informasi tentang keberadaanku saat ini ?”
“Ya, itu juga sebenarnya. Hanya sekilas ingin mengetahui kabarmu saja”
“aku juga ngerasa aneh, kamu datang kebandung tiba – tiba tanpa ada hal yang penting kemudian tinggal disina sebagai pengangguran? Ada apa sebenarnya ka?”
“Aku memang berniat mencari lowongan..”
“Berhenti untuk terus membodohiku ka! Mau sampai kapan kamu terus tutupi semua itu? bahkan sampai di ujung cerita seperti saat ini kamu masih bisa menutupinya? “
Rehan mengerang kearahku. Aku sontak terkejut mendengar suaranya yang dibelakangi nada isak tangisnya. Airmatanya membeludak dan entah mengapa aku begitu tak kuasa melihatnya seperti saat itu.
“Aku capek ka! Dari awal masuk di kampus itu hingga saat ini Cuma bisa diam dan diam. Kamu terus menutupinya hingga rela menyerahkan ku kepada aufa? Aku mohon dengarkan aku!”
“Apa yang kamu bicarakan han? Ini kenapa kamu nangis seperti ini? Tak enak jika ada yang melihat kamu begini!”
“Biarkan saja! Biar kamu lihat bagaimana gila nya aku yang mencoba menyingkirkanmu dari segala khayalan yang ada! Kamu memang pengecut yang tak bisa mengerti perasaanku!”
Aku mengepalkan tangan. Rasanya ini kenyataan bodoh yang pernah kulakukan. Aku tak kuasa membendung airmata. Tak ingin rehan melihat air mata yang menetes, aku membelakanginya.
“Aku ga nyangka, kamu benar benar pengecut ka! Aku salah pernah berharap kau mencintaiku! Ini yang terkahir ka, setelah besok ga akan ada kesempatan sedikitpun diantara kita”
Suara hentakkan kakinya terdengar, perlahan demi perlahan, langkah demi langkah, dan seiring bergulirnya peristiwa ini aku ingin sekali ini mengakuinya. Aku, aku tak bisa terus menerus membodohi diri dengan pura pura mengabaikannya begitu saja, aku langsung berbalik badan dan ku genggam tanggan rehan yang beranjak meninggalkanku.
“Maaf han, mungkin kau benar kalau akulah pengecut yang paling rendah di dunia ini. Untuk mengakui perasaanku, untuk berterus terang bahkan untuk mewujudkannya saja sama sekali tak pernah ku coba. Tetaplah disini, aku akan bercerita semuanya padamu”
Rehan melihatku yang menarik tangannya, ia melihat mataku yang semakin memerah dan meneteskan airmata. Demikian juga dirinya. Rasanya aneh mengakui ini, tapi aku benar benar tak ingin kehilangannya meskipun malam ini adalah malam terakhirku untuk mencintainya.
“Harus ku akui, seberapa besar rasa yang kutanamkan didasar hatiku dari dulu hingga sekarang, aku tak pernah menyangka bahwa bisa mencintaimu sampai sedalam ini, aku hanya takut bila denganku, kau tak kan pernah bahagia. Aku bukanlah sosok yang sempurna, itulah alesan kenapa aku menyerahkan sepenuhnya kepada Aufa. Aku sengaja pura pura tak memperdulikanmu dulu, mencoba mencari cara untuk tak menunjukkan apa yang aku rasakan, semua itu kulakukan hanya untuk kau bahagia. Aufa bisa membahagiakan mu bahkan hingga saat ini. Sejujurnya bukan mencintaimu yang sakit, tapi bagaimana mataku melihatmu bersamanya. Itu saja yang membuatku sakit. Hingga harus ku tutupi perasaan dengan topeng dan sandiwara yang sengaja aku mainkan. Rasanya hancur begitu mendengar kau memilihnya, meninggalkanku dan membiarkanku sendiri. Kampus menjadi sebuah kastil menyeramkan setelah hari itu, aku tak ingin berlama lama disana karena takut melihatmu bersamanya. Hingga kau lulus dan tak pernah memberikanku kabar sama sekali, aku sangat ingin mengetahui dimana dan sedang bersama siapa kamu saat itu, tapi mungkin sakit yang kamu miliki lebih besar dari sakitku. Aku terus mencari informasi tentang keberadaanmu dan akhirnya aku beranikan diri untuk datang kerumahmu han, bertanya kepada ibumu dan beliau memberikan sebuah kotak yang berisikan kata kata cintamu kepadaku. Terimakasih untuk itu. kemudian aku beranjak meninggalkan Jakarta dan memulai kehidupan di bandung dengan harapan bisa bersamamu. Namun setelah semua nya terjadi, sayang aku terlambat lagi. Bahkan saat ini kamu sudah bulat untuk mengikat komitmen kepadanya. Tapi itu semua hanyalah pengalaman yang tak harus berakhir seperti yang ku inginkan karena melihatmu bahagia itu lebih dari cukup han..”
Rehan kembali menangis begitu mendengar pengakuanku.
“Kami bodoh ka! Aku selalu menunggumu untuk mengatakan semua ini! Dari awal kita kenal diospek bahkan saat aku bersama aufa aku juga berharap kamu jujur kepadaku. Namun sepertinya aku hanya berandai andai. Aku memang sengaja memotong tali silaturahmi kita agar aku bisa lepas dariperasaan itu, berharap setelah pindah dan memulai kehidupan dengan kesibukkan baru di bandung, tetapi memang ga pernah bisa! Akhirnya aufa kembali muncul didalam kehidupanku, dia menawarkan sesuatu hal dari masalalu, aku kira tak salah untuk kembali mencintainya dan melupakanmu. Namun sepertinya tuhan mengatur segelanya, kamu menyusulku ke bandung dan kembali mengingatkan ku kepada perasaanku yang sampai saat ini masih kupedndam, Dan apa kamu melihatku bahagia dengan kondisi seperti ini ka?”

“Aku yakin kamu bahagia han, percayalah ini yang terbaik”
“Udah! Aku bosan dengan semua ini. Aku capek ka! Aku capek! Aku bisa saja membatalkan semua ini kalau aku mau! Berkeraslah untuk memilikiku dan akan kulakukan semuanya!”
“Kamu ngomong apaan han? Uda telat ini semua. Udahlah mungkin ini memang jalannya!”
Rehan berhenti sejenak. Ia menunduk dan mengepalkan kedua tangannya.
“Oke! Jika kamu memang menginginkan ku bahagia bersama Aufa, katakan itu semua sambil memandang kedua mataku!”
Aku sontak membeku. Intruksi rehan benar benar sulit kulakukan. Aku melihat kedua matanya dan mencoba mengalahkan perasaan yang ada?
“Kamu ngomong apa han? Uda besok kamu harus bangun pagi jadi sebaiknya..”
“Aku mau kamu lakukan itu! dan kita anggap semua ini selesai!”
Aku melihat binar binar kesungguhan dimatanya, aku coba mengalahkan semuanya malam itu. akan kucoba meskipun itu artinya aku yang harus sakit.
“Aku.. Aku.. Ak.. Bahagia AKU GAK BISA TANPA KAU HAN!!!!”
Aku tak bisa melakukan semua itu. rasanya aku benar benar bodoh bila membodohi perasaan itu lagi. Sudah cukup rasanya aku menyiksanya, biarkan aku mencintainya untuk satu malam ini saja. Aku memeluknya, rehan juga memelukku. Rasanya aku bisa mendengar suara degub jantungnya yang semakin memuncak. Demikian juga denganku. Aku langsung tesadar bahwa semua ini salah, ini semua bukan jalan yang tepat. Aku mungkin bahagia bila ia bersamaku, namun bagaimana dengannya? Aufa maksudku, aku mengerti betul bagaimana perasaan aufa kepada rehan, rasanya begitu menjadi pecundang dengan muncul tiba tiba di tengah cerita mereka seperti ini.
“Aku hanya ingin mengatakan, aku sama sekali tak pernah berusaha untuk mencintaimu. Selama ini semua yang kulakukan hanyalah topeng belaka, maaf tapi perasaan yang dulu benar benar sudah ku buang han”
Rasanya sakit sekali untuk melakukan hal ini, sudah berapa ratus kali pembodohan pembodohan yang sengaja ku lakukan hanya untuk kebahagiaan orang lain? Aku berharap rayhan mengerti, namun sepertinya bertimbal balik dari apa yang ku harapkan darinya.
“Aku sudah menyadarinya ka, aku mungkin terlalu bodoh mencintaimu dan menyia nyiakan aufa. Maaf sudah membuat forum yang salah pada saat seperti ini. Aku mengerti, kalau hanya perasaanku saja yang mencoba menggapaimu. Namun memang kelihatannya tak bisa. Bisakah kau mengatakannya untuk yang terakhir kalinya kepadaku? Ku mohon tatap mataku!”
“sepertinya banyak hal yang bisa kita lakukan dari pada untuk membuang buang waktu melakukan hal konyol seperti ini. Maaf atas semuanya, aku capek ingin kembali kekamar. Selamat malam”
Aku meninggalkannya.
Aku mundur, aku mengalah dan mencoba menutupi segala kenyataan yang ada. Ya, satu satunya hal yang selalu bisa ku bohongi dan membuat seorang rehan percaya adalah mengatakan kepadanya semua yang bertimbal balik dengan apa yang kurasakan. Aku sadar, dari sisi manapun ini semua salah! Aku ke kanan dan apakah harus mementingkan keegoisan diri sendiri tanpa memikirkan perasaan orang lain? Aku ke kiri, ini sudah kesekian kalinya aku menyiksa diri dengan membohongi perasaaku sendiri. Namun kelihatannya melihat orang lain bahagia dengan apa yang aku korbankan sedikit membuat rasa bangga pada diriku sendiri muncul.
Rasanya aku berjalan sendirian di koridor penghapusan dosa. Air mata dan kepalan tangan disertai dengan penyesalan yang tak bisa kujelaskan rasanya membuat background malam itu berlalu. Aku sama sekali tak memberanikan diri untuk menoleh kebelakang dan melihat rehan. Rasanya ingin segera tidur dan menyisihkan segala kepenatan yang ada. Dalam hatiku tentunya.
                Harinya tiba.. seluruh keluarga telah berkumpul. Dari pihak Aufa maupun Rehan. Untuk pria sesukses Aufa wajar rasanya bisa mengadakan acara semewah ini padahal hanya dalam rangka tunangan semata. Sedikit muncul rasa iri namun seperti nya ini semua mampu membuat hidup rehan bahagia kedepannya nanti.
                “Ayo ka, kelamaan lu! Acaranya segera dimulai tuh”
                “Iya ga, lu duluan aja ntar gua nyusul kok”
Pintu tertutup rapat, aku membiarkan diri menyendiri. Mencoba mengumpulkan kekuatan untu berdiri dan menahan segala rasa yang ada. Ini tak seperti yang biasanya, karena hari ini adalah hari penentuan. Dimana orang yang ku sayang dan menyayangiku harus mengingkatkan komitmen bersama orang yang sama sekali tak ia cintai. Sungguh perjuangan hidup yang luar biasa bagiku.
                “Entahlah tuhan, rasanya aku ingin hancur saja. Bagaimana rasa ini aku juga sudah tak bisa menggambarkannya lagi”
Tetes demi tetes air dari kelopak mata menetesi lantai di salah satu kamar rumah rehan. Hanya sekedar pelampiasan rasa sakit yang coba ku tahan. Dan semoga bisa bertahan sampai acara selesai. Acara dimulai, sayup sayup suara para tamu undangan bergemuruh terdengar. aku sudah berada tepat disamping rega dan alif temanku. Ku lihat aufa sudah bersiap sedia menyematkan cincin di jemari manis rehan, namun rehan tak kunjung kulihat.
                “Lebay sekali melakukan hal ini, seperti cerita di film india saja dibuatnya!” Tuturku dalam hati sambil mencari sosok yang kusindir.
“dimana rehannya kenapa ga muncul?”
                “Ga tau gua ka, mungkin lagi persiapan”
                “Askaa! Sini sini..!” panggil atika kepadaku, aku langsung menghampirinya.
                “Ada apa ka? Mana rehannya kok ga muncul?”
“aduh gua mesti ngomong gimana ya ka, rehannya ga berenti nangis dikamar. Gua disuru manggil elu, ayo ikut gua!”
Aku dan atika langsung berjalan kearah kamar rehan. Disana terlihat rehan dengan wajahnya yang dihias manis layaknya seorang wanita feminim. Aku sedikit merasa janggal, namun semua itu berubah begitu aku melihat matanya sembab memerah dan membengkak akibat rehan menangis terus.
“Yah, apaan sih ini! Acara uda mau dimulai tapi? Han ayolah kenapa gini sih? Gausah sok adegan film kuch kuch hota hai gini deh! Lebay tau gak! ”
“tunggu tunggu dulu, sebenarnya ada apa antara kalian ini? Aska? Rehan? Coba jelasin!” Tanya atika.
“biarlah, puas puasin aja kamu mau ngomongin aku pake kata apapun, toh setelah ini ga akan ada kenyataan untuk KITA”
“tolong jelasin ke aku dulu! Rehan! Aska!” atika kembali meminta salah satu diantara kami memberikan penjelasan.
“Nanti ku jelaskan! Sekarang yang penting kamu benerin dulu rehan, aku mau kedepan”
                “Askaaaaa!” terdengar lantang suara rehan memanggilku.
“Apa lagi han? Apa? Belum cukup semua yang ku katakan tadi malam? Apa yang ingin kau pertanyakan lagi? Semuanya sudah jelas! Bersikaplah dewasa untuk semua ini untuk apa kamu melakukan hal yang sudah tak ada? Untuk apa?!”
                “Ada apasih ka?” atika kembali mempertanyakan suasana ganjil yang ada ditengah tengahnya.
Rehan hanya terlihat menangis, menangis dan menangis. Aku bahkan lelah melihatnya bersikap seperti itu.
                “Lebih baik aku tak ada disini! Aku salah besar untuk berada disini!” tuturku kepadanya.
Aku beranjak pergi, meninggalkan kamar rehan, meninggalkan rumahnya dan meninggalkan acara. Apa cerita di balik hari itu aku tak tahu. Aku sudah tak bisa bila berada terus lebih lama lagi disana. Bukan hanya rehan yang akan sulit menerima segalanya jika aku ada, acaranya juga pasti akan berubah tak seperti yang diharapkan. Jadi lebih baik aku pergi meskipun aku sangat ingin melihat kebahagiaan antara Aufa dan Rehan.
                Aku kembali ke bandung. Mencoba menenangkan diri dan berteman dengan sepi. Setelah hari dimana aku pergi meninggalkan acara, aku tak pernah menghubunginya. Rehan sempat beberapa kali menghubungiku namun tak pernah ku hiraukan. Ini sengaja ku lakukan untuk memperbaiki keadaan yang terlanjur berantakan.  Aku juga sudah berjanji pada diriku untuk tak mengganggu dan datang dikehidupan rehan lagi. Semua ini kulakukan hanya untuk membuatnya bahagia bersama aufa yang saat ini menjadi tunangannya. Sudah sebulan sepertinya ia bisa berjalan diatas kehidupan sebagai bagian dari hidup aufa. Aku selalu tahu bahwa endingnya akan seperti ini, ending dimana aku memanglah bukan untuknya.
                “Mas, ada tamu diluar..”
                “Siapa bik?”
                “Mbak rehan mas..”
                “Bilang saja saya sedang tidur”
Dia datang kembali, untuk apa menemuiku lagi? Saat ini alur cerita kita sudah berjalan sesuai dengan jalurnya. Tak ada yang harus di perbaiki karena memang inilah mungkin akhir dari cerita kita.
                “Jangan jadi pengecut ka! Lagian aku kesini hanya ingin bercerita, bukan menuntu apapun.” rehan tiba tiba masuk ke kamar sambil mengatakan hal tersebut.
                “Apa yang perlu di ceritakan han?”
                “kenapa harus menghilang dari acara?”
“ada keperluan mendadak, salah satu perusahaan yang ku berikan surat lamaran pekerjaan menghubungiku dan mengatakan bahwa aku diterima disana dan harus langsung interview hari itu juga”
“jangan bodoh! Hanya untuk menutupi perasaanmu dari kenyataan kan? Untuk apa berlari lari seperti ini dan berkata bohong kepadaku? Kamu kan sudah menerima tawaranku bekerja di perusahaanku?”
“aku tidak bohong, memang begitu kenyataannya han. Aku juga belum menanda tangani surat kontrak di perusahaanmu kan? Jadi gak ada lasan buat aku gak mencari tempat yang lebih layak”
“bilang saja kamu ga sanggup melihat aufa menyematkan cincin ke jariku makannya kamu lari dari acara?”
“Bodo! Emang apa alesanmu ngomong kaya gitu ke aku? Kamu kira aku begitu menggilaimu han? Siapa kamu!”
“berhentilah jadi orang lain ka, untuk apa kamu memelukku ketika malam itu? dan berkat itu akhirnya aufa membatalkan semuanya!”
“membatalkan? Maksudnya?”
“Ya, aufa membatalkan acara pertunangan kami. Ditengah tengan acara yang begitu megahnya ia berbicara dengan suara lancang. Mengatakan bahwa ia tidak bisa mengikat komitmen bersama gadis yang terlanjur mencintai orang lain dan dicintai orang lain”
“Tapi kenapa han?”
“Karena dia melihat kita berpelukkan di teras rumahku ketika malam itu..”
“Oh tuhan! Aku bisa ngejelasin ini semua sama dia. Hubungan kalian pasti akan baik baik saja han sekarang kita kerumah aufa”
“gak ada gunannya lagi ka, aku udah certain semuanya sama dia”
“Bodoh banget han! Bodoh banget! Aku jadi ngerasa bersalah tolong maafkan aku. Aku.. aku akan menemui aufa dan meminta maaf kepadanya!”
“Dia sudah pergi, dia ada tugas mendadak di amerika dan dia memberikan surat ini untukmu”
Sepucuk surat beramplop dan bertuliskan namaku diberikan rehan, dari Aufa.

Dear Aska Wisesa.
Aku ga tau mesti ngomong dari mana sama lu sob, tapi aku pengen minta maaf sama elu. Udah banyak yang uda elu korbanin buat aku sama rehan, uda cukup banget kami nyiksa elu. Aku sadar ka kalo elu sayang sama rehan dari dulu banget semasa kuliah, Cuma entah kenapa hati gua ga bisa ngikhlasin rehan gitu aja ke elu. Besar rasa sayang gua ke rehan tapi kenyataannya ada orang yang lebih memiliki perasaan yang besar kepadanya. Tapi semakin kesini gua semakin sadar, kalo orang yang gua cintai ga seneng sama apa yang gua lakuin untuknya, itu karena dari dulu sampe sekarang hatinya Cuma buat elu. Ka, aku bener bener minta maaf tapi jujur gua iri banget sama keberuntungan elu bisa miliki hati rehan. Beda sama gua yang Cuma bisa miliki raga dia doang. Lu ga usah ngerasa bersalah sama apapun dicerita ini, karena gua lah peran antagonisnya disini ka, untuk semua ini aku minta maaf sama elu, sama rehan juga. Sebagai permintaan maaf gua, gua ngasi Cuma Cuma buat kalian berdua 2 tiket buat holiday ke las vegas. Disana kalian bisa berdua tanpa ada orang ketiga. Aku ngarepnya pulang dari sana kalian uda punya rencana buat ngelanjutin hubungan kearah yang lebih matang. Tolong jaga rehan baik baik ya. Aku percaya kalo elu itu bisa selalu buat dia bahagia sampe kapanpun.
                                                                                                                                                 Aufa

Tak kuasa ku teteskan airmata begitu selesai  membaca surat dari salah seorang sahabatku itu, entahlah rasanya begitu tersisih oleh rasa bersalah dan dalamnya penyesalan bisa berada ditengah tengah hubungan mereka seperti ini. Aku melihat  keara rehan yang dari tadi melihatku menitikkan airmata begitu selesai me,baca surat ini.
“Sekarang ngerti kan? Bukan kamu yang buat semua ini berhenti ka, tapi aufa yang memang menginginkan semua ini. Kalo kamu ga pengen dia terus ngerasa bersalah lakuin apa yang dia pengen”
Ku rangkup kedua tangan rehan, sambil mengahadap tepat dihadapannya.
“Aku minta maaf se maaf maafnya han, aku minta maaf”
“Aku udah maafin kamu, tinggal kamu yang maafkan diri kamu sendiri ka”
Aku tersenyum tepat dihadapannya.
Hari semakin berlalu dan berganti. Banyak kejadian kejadian baru yang ku alami bersamanya. Tertawa dengan dunia baru diatas jendela pelangi yang akhirnya bisa kami ciptakan berdua. Bisa melangkah bersama di tempat seindah las vegas berkat keikhlasan salah seorang sahabatku, dan ditemani orang yang begitu kusayangi dan menyayangiku. Aku kembali hidup, aku kembali bercerita dan mempunyai alur sendiri. Tak ada lagi beban yang harus aku dan rehan tutupi satu sama lain, berkat semua ini kami kian kokoh dengan hubungan ini. Akhirnya aku bekerja di salah satu perusahaan yang menerimaku, lumayan untuk nabung buat pernikahan ntar. Rehan juga sudah kembali dari singapure dan kembali kerutinitasnya sebagai salah seorang pegawai perusahaan di bandung. Sesekali atika, regi, alif dan iqbal datang menemuiku dan rehan. Bercanda tawa dalam nostalgia semasa menjadi mahasiswa. Sebelum dipindahkan di Amerika, aufa juga sudah mengucapkan selamat kepada aku dan rehan. Akhirnya aufa bisa kembali tersenyum bahagia karena mendapatkan seorang gadis Indonesia yang berkerja di amerika.
”Endingnya gini ya ka, aku ga nyangka bisa jadi satu sama kamu kaya gini”
“Aku juga han, untuk bermimpi memilikimu saja tak berani, apalagi memikirkan sampai sejauh ini”
“Akhirnya ga main petak umpet lagi ya ka, nyembunyikan perasaan satu sama lain”
“Sekarang kita bebas, mungkin ga semua kisah bisa happy ending, tapi sebagian penulis selalu ingin membuat pembacanya lega dengan apa yang ia tulis. Setiap penulis ingin ceritanya bahagia dan membawa inspirasi tanpa akhir yang menggantung bagi sang pembacanya”
Kerumunan tamu mulai memadati acara pernikahan kami. Aku melihat mata yang bercahaya dari sorot matanya. Bisa duduk bersanding dengan orang yang kita cintai itu ternyata lebih bahagia dibanding apapun.
 “Akhirnya nikahan juga ya ka, kami turut bahagia”
“Makasi tik, iqbal sama regi mana?”
“Ntar lagi dateng, katanya ada sureprise dari mereka buat kalian”
“Nah, kalo pacar elu mata tik?”
Alif tiba tiba muncul ditengah tengah perbincangan antara kami.
“Ini cowo gua yang baru, kenalin”
“Kalian jadian seriusan? Lif, coba lu jelasin ke aku sama rehan?”
“Jadi semenjak semester  3 aku uda nyimpen rasa sama atika ka, Cuma kaga berani ngungkapin. Baru sekarang beraninya”
“Sama eja elu, gak beranian kaya aska lif!”
Kami tertawa bersama. Tak lama datang kedua sahabat ku bersama dua orang wanita yang mereka gandeng. Membuat suasana kian hangat dengan anda tawa yang tercipta. Sureprise yang dimaksud atika ternyata bahwa Regi dan Iqbal ingin memperkenalkan pacar baru mereka kepada kami.
Indah memang indah, cinta yang ku simpan rapat rapat akhirnya bisa membawaku terbang di bandara rehan. Seandainya semua cerita cinta bisa membawa kebahagiaan dan bisa bersama orang yang mereka cintai. Tapi hidup selalu berakhir indah. Jika kita bercerita tentang cinta dan berakhir bersama cinta. Jangan pernah takut mengungkapkan rasa, sebab rasa adalah salah satu bentuk pendapat kepada orang yang kita cintai. Terimakasih duniaku, kenyataan dan alur abadi yang telah tuhan ciptakan untuk sejarah hidupku. Aku bahagia bisa bersamanya sekarang.

                                                                                                                                                                 Manusia Di Ujung Asa
                                                                                                                                                                 1,2,3 Dan Rayhan Mutia Putri.
Dari – Aska Wisesa. Dan semua kenyataan yang ada.


SELESAI

                                                                                                                                                                 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar