Oleh mysJ
“Selamat
atas kelulusan kalian semua, semoga bisa menjadi sarjana dan diploma yang bisa
berguna bagi bangsa dan Negara” terdengar gemuruh keramaian tepuk tangan yang
dipersembahkan oleh para tamu untu rector kami yang telah selesai memberikan
kata sambutan terakhirnya untuk kami para Mahasiswa dan Mahasiswi yang telah
berhasil menyelesaikan Skrpsi dan tugas akhirnya. “Alhamdulillah akhirnya
sahabat gua lulus juga.. Selamat ya brader!” .. “Aku ga nyangka loh kalo kalian
bakalan dateng, tapi makasih atas ucapan dan doanya semoga terkabul amin..” ..
“Bagaimana rasanya pake topi toga sambil menuntun gelar sarjana ka?” .. “Topi
ini maksudmu din? Ini menurut saya adalah salah satu hadiah terindah dalam
hidupku yang pernah aku dapatkan..” .. “Akhirnya, kita bisa lulus dan mendapatkan
gelar masing masing yaa..” Ya, tepat di hari ini segalanya akan dimulai. Akhirnya
aku bisa lulus dan mendapat gelar Sarjana dari kampus ini. Dengan perasaan
bahagia aku melangkah keluar dari lingkaran sebagai mahasiswa. Dan memulai
lembar baru sebagai salah seorang pemuda Indonesia dengan tanggung jawab baru
dan tentu saja tujuan hidup yang baru juga. “sayang ya Aufa, Regi sama Rehan ga
disini. Ga ngeliat gimana tampan nya elu pake topi toga sekeren sekarang. Kabarnya
mereka bagaimana dan dimana saat ini saja gua ga tau” tutur Atika salah seorang
sahabat ku yang sudah satu tahun lebih dahulu lulus dari kampus ini. Saat ini
dia sudah menjadi diploma beruntung karena telah dikontrak kerja pada sebuah
perusahaan ternama di Jakarta. Belum lagi kalau aku ngeliat iqbal. Yah meskipun
sudah 3 kali dalam setahun ini dia berada di perusahaan yang berbeda, namun
ketiga perusahaan tempat dimana ia berkarier merupakan perusahaan dengan saham
terbesar yang ada di Indonesia. Tinggal aku dan Alif yang akan menginjak tapak
demi tapak perjalanan mereka. Bagaimana pun, aku akan menjelajahi pengalama
hidup yang sama dengan mereka. “Iya aku juga ga pernah lagi denger kabar
mereka. Dimana mereka sekarang ya? Lu tau ka?” .. “gua udah pernah coba
ngubungi mereka via online, email tapi ga pernah dibales..” hai masalalu ? hai
kenangan yang tergantung? Hai gadis unik berkacamata dan bercelana jeans dengan
rambutnya yang tak kunjung panjang? Bagaimana kabarmu? Sedang apa? Apakah kau
merindukanku seperti aku yang merindukanmu? Tak pernah ada kabar, tak pernah
berusaha mengabariku atau setidaknya bercerita tentang bagaimana kehidupanmu
setelah lulus dari kampus ini? Ini sudah tahun ketiga setelah kau lulus dan aku
harus sabar menanti segala urusan dengan dosen dan baru lulus setelah kau lepas
dari sini selama 2 tahun. Ya, ternyata aku harus lulus 5 tahun dari sini untuk
mendapatkan gelar sarjana dan memakai topi toga ini. Bukan kah dulu kau pernah
bercerita bahwa rasanya ingin sekali melihat moment moment indah dimana satu
diantara kita telah menyandang gelar dan menggunakan toga seperti ini? Aku sudah
melihatmu 3 tahun lalu, namun mengapa ketika aku yang ada diposisimu tepat 3
tahun yang lalu kehadiranmu begitu semu untuk kulihat? Bagaimana kau bisa tahu
aku baru lulus setelah 5 tahun disini? Untuk berusaha mencari kabar tentangku
atau setidaknya memberi kabar padaku saja tak pernah. Ada yang harus kau
jelaskan padaku han setelah selama ini menghilang dan tak pernah member kabar
kepadaku.
Satu
demi satu surat lamaran ku kirim. Menunggu datangnya panggilan dan berharap
ketika telfon ku berdering, kabar sukacitalah yang aku dapat. Namun sepertinya
belum ada satu perusahaan pun yang tertarik dan berminat memberikanku
kesempatan untuk menunjukan kinerjaku kepada proyeksi mereka. Sudah sebulan
setelah lulus dan hanya menjadi pengangguran dirumah yang tak jelas arah dan
tujuannya. Inikah titik hidup dimana kita harus benar benar menentukan jati
diri dan arah perjalanan yang mana yang akan kita lewati? Ternyata lebih
membingungkan dari pada harus memikirkan untuk masuk perguruan tinggi mana
tepat setelah aku tamat SMA dulu. Aku terus berjalan dengan keseimbangan. Mencoba
menancapkan kata sabar dalam hati dan mengibarkan bendera tak pantang menyerah
dalam semangat. Satu demi satu perusahaan, kantor, biro, hingga lowongan
menjadi marketing aku datangi. Ada beberapa yang menerimaku, namun sepertinya
aku hanya mampu untuk bekerja disana tidak untuk mencintai pekerjaannya. Ini sudah
pengalaman kerjaku yang ke dua dan aku kembali keluar dari temat kerja
tersebut. Tersiksa rasanya jika memaksakan diri untuk mencintai sesuatu hal
yang tidak kita cintai. “Wah kak Aska dateng.. Maa kak aska dateng nih” .. “Nak
aska, apa kabar kamu? Sudah tak pernah lagi main main kerumah rehan?” .. “Iya
maaf bu, sibuk ngurus kelulusan kemarin, oh iya ini ada sedikit oleh oleh..” ..
“jadi ga enak ibu ngerepotin, ayo duduk nak . bentar ya ibu buatkan minuman..” sambutan
yang tetap hangat dari keluarganya, tak ada bedanya ketika aku datang saat ini
ataupun ketika dulu semasa kuliah. Tak banyak yang berubah, halamannya tetap
seluas dahulu, banyak tanaman yang sengaja dirawat dan memberi warna hijau. Sudah
setahun lebih aku tidak kesini, kabar teakhir yang aku dapat dari
keluarganya, rehan saat ini bekerja di
bali sebagai operating disalah satu perusaahan asuransi. Ketika diberi no
handphone nya tepat setahun lalu oleh keluarganya, rehan tak mencoba mengangkat
atau menghubungi panggilanku. Tak ada balasan sms yang masuk, aku benar benar
bingung dengan sikapnya ketika itu. padahal niatku hanya ingin bertanya
bagaimana kabarnya dan bekerja dimana dia saat itu. “Rehan uda ga kerja di bali
lagi nak. Dia sudah pindah di perusahaan lain..” .. “Oh ya buk? Di daerah mana
dia bekerja sekarang?” .. “Loh? Kalian ga pernah saling terhubung lagi selama
ini?” aku mengelengkan kepala sambil tersenyum kearah ibu rehan. “mungkin rehan
sedang sibuk ka, saat ini dia bekerja di bandung. Salah satu perusahaan
dibagian future gitu katanya ibu juga kurang ngerti. Oh sebentar, ibu hampir
lupa 3 bulan lalu rehan pernah nitipkan barang buat nak aska. Sebentar ibu
ambilkan dulu” rehan terakhir kali pulang kerumahnya di Jakarta 3 bulan lalu? Sepertinya
benar benar wanita karier dengan kesibukkan baru yang luar biasa sampai tak
sempat untuk memberikan ku kabar.
Terakhir
sebelum pulang dari rumahnya barusan, ibunya memberikan ku sebuah kotak
berwarna coklat muda. Masih dalam
peganganku, aku benar benar penasaran dengan isinya. Katanya dari rehan tepat 3
bulan lalu ketika ia kembali dari bandung, dia menitipkan benda ini kepada
ibunya untuk diberikan kepadaku. Awalnya disambut oleh selembar amplop berisi
surat. Aku langsung membuka dan membacanya.
Dear
Aska Wisesa sahabatku.
Maaf
baru sempat memberikan kabar kepadamu. Aku kian sibuk mengerjakan schedule dan
tumpukan tugas tugas dari kantor dimana aku bekerja. Aku ucapkan terimakasih
karena kamu begitu peduli padaku hingga terus mencari kabar terbaru tentangku,
maaf belum sempat mengunjungimu sahabatku, tapi aku janji bakal ngeluangin
waktu buat jumpa sama aska nanti ketika cuti kudapatkan.
“Hai
aska, gimana kabar elu? Gua saat ini uda kerja loh di Great Agency Future
Bandung. Yah perusahaan yang bergerak dibidang saham gitu deh. Dan posisi aku
disini sebagai Assistant Wakil Manager. Lumayan loh gajinya hihi.. Lu sendiri
gimana? Udah 2 tahun dong pengalaman karier lu dalam dunia kerja? Eh ka,
ternyata kerja itu ribet yah? Ga sebebas kita semasa kuliah dulu. Tapi aku
cinta kok sama pekerjaan ku saat ini. Oh ya ini ada sesuatu yang ga mahal sih
tapi buat gua berharga banget. Dijaga baik baik yaa. I miss you so much, sampai
ketemu lain waktu..
Your
friend,
Rehan
Kece B)
“tetep ga ada bedanya anak ini.
3 tahun ga ketemu tapi sifat penuh kejutan nya itu ada aja” batinku dalam hati.
seraya tersenyum kecil sembari membuka isi dari kotak berwarna coklat tersebut
aku juga tak kuasa membendung air mata. Kerinduan yang ada dan cerita hatiku
padanya yang belum sampai dititik ending, membuatku begitu ingin memeluk dan
mengatakan kepadanya bahwa aku mencintainya, selamanya. Sebuah album berwarna
merah muda yang bertuliskan “Aska Wisesa” dan membuatku merasa semakin
penasaran. Aku duduk di bangku meja belajarku, ku buka isi album itu dan
ternyata isinya adalah foto foto ku semasa kuliah dulu. Dari awal pertemuan ku
dengan rehan, hingga saat dimana terakhir kali aku melihatnya. Kapan dia
membuat ini semua? Kapan dia berhasil mengambil potongan gambarku hingga aku
pun tak menyadarinya? Aku mulai kembali mengingat masalalu. Mencoba mencari
celah ingatan apakah aku pernah melihat rehan diam diam mengarahkan kamera
handphone nya kearah ku? Ternyata aku mengingatnya! Ya aku pernah memergoki
rehan mengangkat handphonenya, namun ketika kutanya “lu ngambil gambar gua ya
han? Kalo ngefans bilang aja kali, gausah sok modus gitu” .. ‘ge’er lu! Gua lagi
smsan tapi sinyalnya redap redup. Jadi ini lagi nyari sinyal..” ya! Aku ingat! Aku
ingat rehan selalu saja melakukan hal itu, namun karena dari awal dia
mengatakan padaku bahwa handphone nya sedikit bermasalah pada jaringan,
membuatku tak begitu mencurigainya yang selalu mengambil gambar gambar ku
secara diam diam. Tapi, kenapa? Kenapa dia diam diam mengambil gambarku? Selembar
kertas kembali kutemukan dan berisikan rangkaian kalimat.
Aska Wisesaa..
“ Aku mengenalnya sejak awal Ospek. Kami bersama dan tanpa ia sadari aku selalu mengambil gambar gambar nya secara diam diam. Aku melakukan itu untuk menjadikan nya sebagai kenangan. Kenangan yang setiap saat bisa ku lihat tanpa harus kembali ketempat dimana kami pernah bersama. Dengan foto foto ini aku bisa kembali menangis dan tertawa mengingat bagaimana dia menjadi bagian dari hidupku. Dia bagaikan abang terbaik yang pernah tuhan berikan padaku. Dia selalu melindungiku ketika seseorang menghalangiku untuk bahagia, dia selalu ingin mendengarkan ku bercerita tentang seseorang dimasalalu, dia selalu menjadi penyemangat di kala aku sedang melemah dan tak berdaya. Aku melihatnya sebagai sosok pria dengan kepribadian yang luar biasa, namun bukan sebagai sahabat, tapi sebagai orang yang kucintai layaknya hubungan antara pria dan wanita. Namun matanya tak pernah membiaskan sinar sinar pertanda buatku, aku hanya melihat dia ada namun hanya menganggapku sebagai sahabat atau mungkin hanya teman biasa. Aku tak berani bermimpi untuk mendapatkannya, atau bahkan bermimpi untuk dia berkata bahwa ia mencintaiku seperti aku mencintainya. Aku tak berani karena aku yakin dia hanya melihatku dengan sudut sahabat, bukan cinta. Hingga saatnya tiba, ternyata dugaanku benar, dia tak mencintaiku itu dibuktikan dengan tawaran nya yang menyarankanku untuk menjalin hubungan dengan Aufa, salah satu sahabatnya. Saat itu aku hampa, aku menjadi kosong, tak ada harapan lagi, bahkan enggan rasanya hidup dengan lingkungan yang sama dengannya. Aku menyadari kalau aufa menyukaiku, tapi aku mencintainya! Bukan Aufa! Tapi Aska! Akhirnya aufa menyatakan perasannya padaku, awalnya berat rasanya untuk mengatakan “iya” kepadanya, namun setelah kufikir fikir tak ada salahnya mencobanya, aku tak perlu menunggu lagi orang yang jelas jelas tak mencintaiku. Aku menjalani hubungan dengannya hingga kami lulus dari kampus itu, tak ada sinyal kecemburuan yang Aska pancarkan kearahku ketika aku dan aufa sedang bersama. Itu jelas sekali benar benar membunuh harapan ku kepadanya. Aku salah untuk mencintainya, karena dengan mencintainya aku pasti akan bermimpi untuk bersamanya. Akhirnya aku bisa belajar untuk mencintai orang yang mencintaiku, ternyata orang yang mencintaiku jauh bisa membuatku bahagia dengan cinta yang ia miliki. tapi Aufa tak pernah sekalipun berhasil membuatku melupakanmu. Kau seperti sudah benar benar tertancap dalam dalam direlung dasar hatiku. Aufa sudah mencoba mencabutmu, tapi aku tak bisa. Aku hanya mencintaimu, Aufa hanya ku sayangi. Tapi inilah realita, aku harus sadar betul kenyataan yang ada sudah seharusnya kuterima. Aska, inilah perasaanku, suatu hari akan ku ceritakan padamu, kapan itu aku tidak tahu. Tapi yang jelas, begitu kau membaca ini, kau selalu tahun bahwa aku mencintaimu sampai kapanpun”
to be Continued..
# ada kelanjutannya lagi, masih dalam proses. tunggu "Manusia Di Ujung Asa 3"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar