SELAMAT DATANG, Maaf Jika Dalam beberapa penulisan ada Kata/Arti yang salah ataupun Typo. Saya bukan manusia yang sempurna :)
Saat ini saya sedang fokus menulis beberapa Cerita Bersambung maupun Cerita Pendek, Mohon Doanya semoga bisa menyelesaikannya dengan baik, Terima kasih ☺

Comming Soon : CINTA DUNIA MAYA (Cerbung) By: Muhammad Yunus Siregar

Jumat, 25 Januari 2013

MANUSIA DI UJUNG ASA 3


Oleh mysJ

                Aku sudah mempersiapkan segalanya dengan begitu matang, mulai hari ini aku akan mencari cinta lama ku yang tertunda. Aku sudah dibandung dan aku tak ingin rehan tahu bawa aku disini untuk mencari kejelasaan padanya. Kami sudah merencanakan pertemuan disalah satu café yang ada di bandung. Aku sedikit terlambat karena ada harus membeli sebuah hadiah untuknya. Sebuah dress berwarna hitam yang selalu menjadi mimpiku. Aku selalu bermimpi melihatnya mengenakan pakaian wanita seperti ini, tapi bagaimana rehan sekarang aku begitu penasaran. Surat yang ia tulis sudah cukup membuat lautan airmataku terkurasa dan perasaan ku yang begitu dalam menjadi kelabu. Entah apa yang harus ku katakan, tapi saat ini aku sedikit lega bisa mengetahui bagaimana perasannya terhadapku. “Yang mana si rehan ini, 3 tahun ga ketemu pasti banyak perubahan..” tuturku seraya mengelilingi café tempat dimana kami berjanji untuk bertemu. 20 menit lalu rehan menghubungiku. Ia memberitahukan kepadaku bahwa ia telah berada di tempat yang telah kami janjikan. “Aku mencoba menghubungi nya dan bertanya dimana posisinya saat ini.
                “Haloo, Rehan di meja No. berapa? Maaf telat soalnya tadi aku ada urusan sebentar”
                “Cari aja aku di café ini, aku aja sudah Nampak kamu loh ka”
                “Oh, oke fine jadi ceritanya mau main petak umpet nih?”
                “Kok petak umpet sih ka? Haha biar usaha aja dikit, ayo dong cari aku di meja no berapa?”
Kulihat sekeliling café tersebut begitu ramai kerumunan orang orang yang berlalu lalang. Banyak wanita yang ada, namun tak seorangpun yang kulihat berpakaian sport seperti yang biasa rehan gunakan ketika semasa kuliah dulu. “Pasti rehan menggunakan kaos oblong, jeket jeans dengan celana jeans rombeng “ tuturku dalam hati seraya tetap mencari cari sosok orang yang aku cari di café tersebut. Tiba tiba handphoneku kembali bergetar dan ternyata rehanlah yang mencoba menghubungiku kembali.
“Aku kasihan padamu ka, uda kaya orang ling lung begitu. Yaudah cepat kemari aku ada dimeja no. 23”
“Haha, lagian kamunya juga kurang kerjaan pake acara main petak umpet segala. Yudah ntar aku kesana ya?”
Aku berjalan sambil mencari posisi meja dimana rehan berada. “No. 23 yaa?” tuturku dalam hati sambil tetap mencari meja dengan no. 23 di café tersebut. Aku tak begitu yakin dengan informasi yang rehan berikan padaku. Saat ini aku sudah berada tepat dibelakang seorang wanita dengan rambut yang tergerai panjang dengan drees nya yang berwarna gelap. dia berada tepat di meja no. 23, seharusnya rehan yang berada disini. Anak ini benar benar ingin bermain denganku sepertinya. Aku mencoba menghubunginya kembali.
“Tak perlu menghubungiku ka, sayang pulsa kamu. Aku udah disini apa lagi yang perlu kamu tanyakan?”
Aku langsung mengalihkan pandanganku kearah sosok wanita yang berbicara tersebut. Suaranya seperti suara rehan, betapa kagetnya aku ketika melihat ini. Ternyata gadis yang berambut panjang tergerai dan memakai dress berwarna gelap tersebut, ternyata dia rehan. Dia tak mencoba membohongiku bahwa ternyata memang benar dia telah berada dimeja no. 23 hanya penampilannya yang berubah drastis yang benar benar mengecohku.
                “Jadi kamu baru selesai setelah 5 tahun ka?”
“Iya han, banyak benget hal yang harus ku selesaikan. Jadi 4 tahun itu belum bener bener selesai”
                “luar biasa ya kamu”
“kamu ini ngejek terus han. Tapi benerloh aku masih heran ngeliat perubahan kamu sekarang. Bisa drastis seperti ini. Aku aja sampe ga tanda tadi”
“biasa aja kali ka, setiap orang juga bisa berubah kapan saja kan?”
“hehe iya juga ya, jadi kamu masih kerja di perusahaan saham yang dibandung itu?”
“masih nih, 2 bulan lagi aku juga bakal ke singapure, disana ada kerjaan dikit dari perusahaanku”
“oh syukurlah, akhirnya anak lulusan dari Panca Darma benar benar ada yang keep going and go internasional haha”
“Ah kamu ini ada ada aja ka”
Aku masih bergurau sama suara haru biru. Pertemuan yang tak pernah kuduga bakal seperti saat ini benar benar mengejutkan ku sontak bersamaan dengan apa yang kulihat dari diri rehan. Dia berubah, pipinya terlihat berwarna merah muda dan dengan terlihat jelas bibirnya yang berwarna merah muda itu seperti dibaluti lipstick tipis. Rambutnya tergerai panjang dan akhirnya aku bisa juga melihat sosoknya yang tomboy menggunakan dress berwarna gelap. sangat kontras dengan kulitnya yang berwarna putih mulus. Aku masih melihatnya saat ini, dia makan dengan sangan pelan. Bukan seperti dibuat buat, sepertinya memang inilah sosoknya saat ini.
                “Kita ke Trans Studio yuk? Sambil cerita cerita pengalaman? Gimana?” tutur rehan mengajakku.
                “Ayo, boleh”
Kami berjalan melintasi kota bandung yang indah. Kelap kelip lampu lalu lintas membuat eksotika malam di kota itu menjadi kian menenangkan jiwa. Rehan hebat, dengan kesuksesan yang ia peroleh saat ini ia mampu membeli sebuah mobil avanza pribadi hasil jerih payahnya sendiri. Aku sedikit malu untuk mengakui ini, tapi saat ini aku berada bersamanya didalam mobil yang ia punya.
                “Sejak kapan pinter nyetir ka?”
“Sejak aku PPL di semarang han. Pak yanto yang mengajariku menyetir. Waktu itu kan tugasku mengantar – jemput barang dari perusahaan yang ia kelola”
“Nah, itu kenapa ga Tanya lowongan ke bapak yanto itu?”
“Sayangnya udah 1 tahun setengah ini perusahaan itu di teruskan oleh anaknya. Tepat setelah mendinag wafat han”
“Oh, maaf ka aku ga tau kalo gitu ceritanya”
“Gapapa kok, Oh iya bahasa kamu kenapa jadi sok EYEDE begitu?”
“Haha kok EYEDE sih ka? Kita kan warga Negara Indonesia yang baik, jadi ikuti saja prosedur yang ada”
Kami tertawa lepas secara bersamaan. Bagaimana rehan yang kukenal 5 tahun lalu. Dengan tutur bahasa yang berantakan dan mimic bicaranya yang terkadang membuatku rindu padanya. Dia benar benar berubah dari segala segi kehidupan. Punya pekerjaan, Sudah punya apartemen dan mobil pribadi, berkehidupan cukup dan tentu saja memiliki pribadi yang baik serta cantik. Mungkin proses pendewasaan setelah tamat dari kampus lah yang membuatnya seperti saat ini.
                “Jadi, selama aku ga ada dikampus siapa pacar kamu ka?” kami berjalan bersama mengelilingi berbagai wahana yang ada di trans studio tersebut. Rehan terlihat asyik dengan es krim yang aku belikan di tempat wisata tersebut.
                “Aku masih single aja. Sampe saat ini”
                “Kok ga pernah laku ya ka? Haha”
                “Ah kamu ini ngeledek terus! Mau coba naik wahana itu ga?”
Kami berdua. Kami bersama. Tertawa dan menyatu dalam adrenalin yang memuncak naik. Jeritan jeritan takut yang sama sama keluar dari hasil adrenalin kami membuat suasana kian akrab dan menyatu bersama malam. Beberapa wahana telah kami coba dan selalu saja setelah turun dari salah satu wahana yang ada di tempat wisata tersebut membuat rehan harus kekamar mandi. Sepertinya ada salah satu kebiasaan lama yang masih terbawa sampai saat ini.
                “Makasi yah han. Lain kali ajak aku ketempat yang asyik yang ada dibandung”
                “oke sip mamen. Selo aja haha”
                “nah, sebenernya kata kata kaya gitu han yang aku tunggu! Oke selamat malam”
                “Haha Oke bye aska”
Hai wisesa? Malam yang indah bukan? Pernahkah aku berharap malam ini benar benar terjadi? Bisa berdua bersama menghabiskan sinar bulan dengan cinta lama yang belum bisa menyatu. Aku bahagia. Rasanya ingin memainkan dan mengulangi cerita seperti ini berulang ulang. Bersama dia, bersama wanita yang aku cintai.
Aku sudah sebulan untuk berada di Bandung. Belum ada panggilan dari perusahaan ataupun instansi pemerintahan yang telah ku kirimkan surat lamaran. Sepertinya memang nasibku yang harus lama mendapatkan pekerjaan.
“Mas Aska ayo bangun itu diluar sudah ada orang yang nungguin mas. Katanya ada informasi penting mengenai lamaran pekerjaan”
Aku langsung lompat dari tempat tidurku. Dan melihat kearah bibik yang memberitahukanku kabar gembira tersebut.
                “Bibik serius?”
                “Iya mas, sudah sana cuci muka terus langsung temui orangnya di depan”
                “Ah ga perlu cuci muka segala bik. Makasi ya bik informasinya”
Aku berlari keluar dari kamar. Masih menggunakan celana pendek dengan raut wajah yang berantakan.
                “Rehan? Ada apa pagi pagi kesini han?”
“Ya ampun Aska! Bener bener cerminan budaya pengangguran ya? Udah jam 09.00 pagi masih molor? Terus keluar dengan kondisi kaya gini? Untung yang dateng aku, gimana kalo pegawai dari perusahaan yang mau ngabari kamu tentang lamaran pekerjaan?”
“Hehe, udah langsung ketopiknya aja. Ada apa pagi pagi kerumah han?”
“Oh iya sampe lupa. Gimana kalo kita bicaranya diluar aja? Sekalian ada yang pengen ketemu banget sama kamu. Ada juga informasi tentang pekerjaan. Aku tungguin kamu mandi sana cepetan!”
“Haha oke oke bawel!”
Rehan mengajukan permintaan untuk dia yang menyetir. Dia ingin memamerkan kepintarannya dalam menyetir mobil kepadaku. Kami berjalan menuju sebuah toko kue yang ada dipinggiran jalan raya. Katanya ada yang ingin sekali bertemu denganku.
“Jadi gini, 1 bulan lagi aku kan bakal ke singapure. Jadi ntar kamu mau ga gantikan posisi aku di kantor? Tenang aja kemarin aku uda bicarain sama atasan aku dan dia setuju. Kamu sama aku kan satu fakultas dan hampir sama jurusan kita. Ntar kalo atasan aku ngerasa cocok sama kamu, kamu bisa diangkatnya buat jadi karyawan tetap diperusahaannya. Gimana? Tertarik?”
“Wah! Banget han. Jadi kapan aku mulai masuk kerja?”
“Ya ntar tunggu aku kesingapure. Sekitar sebulanan ga nyampe gitu deh. Kamu siapkan aja segala keperluan buat disana ntar. Terutama surat lamaran pekerjaan seminggu  lagi aku ambil ya?”
“Oke han. Makasi ya uda banyak bantu aku selama di bandung. Hehe”
“Biasa aja kali ka, kita kan temenan. Berarti uda sip ini kan?”
“Iya han. Oh iya ngomong ngomong katanya ada yang pengen ketemu aku? Mana orangnya han?”
“Sabar ya ka, ntar lagi nyampe orangnya”
Benar benar mencurigakan. Siapa yang ingin bertemu denganku? Tuturku dalam hati sembari menenangkan hati dari rasa penasaran yang muncul.
                “Nah itu orangnya dateng”
                “Aufa? Seriusan? Aufa ada dibandung juga han?”
                “Hai ka lama ga ketemu. Kabar kamu gimana sehat?”
                “Ya ampun  fa, uda lama banget kita ga ketemu. Kabar ku sehat. Lu sendiri?”
                “Ya alhamdulillah sehat ka. Gimana? Uda denger kabar baik dari si satu ini?”
Tunggu dulu! Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Aufa tahu akan kabar pekerjaan yang rehan berikan kepadaku? Ada apa sebenarnya? Tanyaku dalam hati.
                “Udah fa, Alhamdulillah banget ya punya temen sebaik rehan”
                “Haha, ayo duduk lagi. Sorry telat ya”
Aku melihat binar binar warna kekaguman dari mata rehan kepada Aufa. Memang, 5 tahun lalu tepatnya ketika kami masih berada disemester 2, Rehan dan Aufa sempat pacaran. Dan berkat sarankulah kepada rehan akhirnya Aufa yang sejak awal ada dikampus itu menggilai rehan, bisa bersatu hingga 2 tahun selama berada di sana. 2 tahun melihat pemandangan yang membuat segalanya bisa berubah drastis. Pagi kurasa malam, cahaya mentari kurasa gerimis dipagi hari, entahlah rasanya begitu menyesal dengan kebodohan yang telah kuciptakan ketika dimasa bangku perkuliahan ketika itu.
                “Gimana kabar anak anak yang lain?”
“yang aku tahu sih Cuma si Atika sama Iqbal, mereka udah kerja di perusahaan ternama di Jakarta. Kalo si alif sama juga kaya gua masih lontang lantung kaga jelas begini. Si regi yang gua kaga pernah denger ceritanya”
“Haha masih segila dulu mereka?”
“Ya masih fa, tetep aja ga ada yang berubah”
Rehan terlihat hanya terdiam disamping Aufa. Dia hanya membolak balikan handphone yang ada ditangannya. Aku masih merasa janggal dengan suasana ini. Namun kelihatannya belum ada kejelasan dari mereka. Aku mungkin mulai merasa. Rasanya aku sedikit mencurigai kedekatan antara mereka. Melihat mereka dengan tatapan pertanyaan dan disamping itu, aku harus menahan segala rasa yang ada. Dengan harapan tidak kecewa dengan apa yang aku ketahui kedepannya nanti.
                “Han? Kamu kok diem aja. Dulu biasanya elu yang paling rame?” tuturku menghangatkan suasana.
                “Oh, Iya, enggak eh aku ketoilet sebentar ya?”
Rehan gugup. Matanya jelas memperlihatkanku sebuah keraguan. Sekarang hanya tinggal aku dan aufa. Dan aufa mengeluarkan sesuatu dari tas rehan. Sepertinya aku tahu benda yang akan dia keluarkan.
“Ini, maaf atas kelancanganku teman, rehan sempat cerita beberapa minggu lalu kalo dia diberikan dress ini sama elu, bukan gua ngelarang rehan buat nerima, Cuma biar suasana persahabatan kita lebih enak aja ga ada rasa curiga antara satu sama lain”
“Loh? Maksudnya apa ini fa? Aku beli ini buat rehan. Dan apa hubungannya sama suasana persahabatan kita?”
“Kelihatannya Rehan belum jelasin satu hal pun ya sama kamu ka?”
Aku menggelengkan kepala dengan tatapan kosong kearah aufa. Dalam hati beribu ribu pertanyaan mulai bermetamorfosis menjadi momok yang menghantuiku.
                “Kita tunggu rehan aja ya buat ku jelasin”
Selang beberapa menit, akhirnya rehan keluar dari kamar mandi. Matanya sembab, jelas terlihat memerah. Sepertinya dia menangis.
                “Oke, rehan nya udah dateng jadi bakal kami jelasin”
                “Oke, aku siap mendengarkan penjelasan kalian”
“aku dan rehan memang sempat putus ka setelah 2 tahun jalan bareng, bahkan setelah lulus kami masih menjalani hubungan masing masing. Tak ada ikatan tak ada hal yang berbau cinta diantara kami, namun sepertinya tuhan berpihak pada cinta kami. Akhirnya setelah lulus dan dipertemukan kembali setengah tahun lalu, kami kembali bersama. Dan ini ada sesuatu acara sacral antara kami. Mohon datang ya, kami juga uda mengundang teman teman yang lain”
Oh waktu berhentilah sejenak. Rasanya ada yang menikamku dari belakang melihat semua ini terjadi padaku. Dress yang harus kembali kepadaku dan sebuah surat undangan tunangan yang bertuliskan “AUFA & REHAN” jelas terlihat oleh kedua mataku yang menahan airmata untuk menetes didepan mereka. Aku berhasil! Akhirnya aku berhasil untuk benar benar menghancurkan kehidupan yang kupunya selama ini. Selamat! Berkat saranmu 5 tahun lalu kepada rehan ka, akhirnya saat ini rehan bisa tersenyum dan mencintai Aufa, sahabatmu sendiri dan orang yang telah kau tawarkan kepada rehan. Tak ada alasan untuk menyesal. Karena ini semua adalah hasil dari doa yang kau selalu ucapkan selama ini bukan?
“Oh ya, Hehe akhirnya kalian jadi juga yaa. Aku ikut merasa senang. Dan maaf atas dress ini aku benar benar tidak tahu. Tapi sumpah fa, niatku ngasi dress ini Cuma sebagai oleh oleh sebagai sahabat. Dan selamat atas keseriusan hubungan kalian. Aku turut bahagia”
“Aku ngerti kok ka, niat kamu emang Cuma ngasi ini sebagai sahabat. Tapi ada hal lain yang buat aku ga bisa percaya sama orang kalo ini jadi miliknya, lebih baik kamu simpan terus kamu kasih ke orang yang kamu sayangi. Dan terimakasih atas ucapan selamatnya”
“Oh iya fa, sama sama”
Suasana benar benar berubah 180 derajat.  Atmosfer reuni persahabatan yang harusnya tercipta berubah drastic menjadi gelap dan mengganjal satu sama lain. Aku bersikap seolah olah mencoba menetralkan suasana saat itu, namun kelihatannya semua sia sia. Aufa menarik tangan rehan dan mengajaknya pergi dengan raut wajah yang berbeda dari raut wajahnya ketIka pertama kali melihatku. Demikian juga raut wajah rehan yang memudar seiring langkahnya meninggalkanku. Hanya kepalan tangan yang coba kulampiaskan ketika melihat wanita yang begitu kusayangi harus kulihat bersama pria lain. Sepertinya untuk mengikhlaskanmu itu yang sulit untuk ku lakukan han, bagaimana tidak. Aku sudah pernah mencoba mengikhlaskan mu dengannya ketika dikampus dahulu, dan mengorbankan banyak hal cinta, perasaan, ego dan kecemburuan yang harus ku tanam dalam dalam bersama dengan airmata. Belum pernah rasanya aku sebodoh ini. Aku disini saat ini, dan aku ingin kau mengerti bahwa aku disini karena dirimu. Tapi ternyata harapanku bergeser jauh dari kenyataan. Aku bahkan tak pernah coba berfikir bahwa kau akan kembali bersamanya.
                Rasanya aneh bila aku tak datang untuk membantu persiapan acara akbar mereka. Apalagi disana telah menungguku beberapa sahabat Atiqa, Iqbal dan Alif. Mereka datang dari Jakarta membantu segala persiapan demi kesuksesan acara kedua sahabat kami tersebut. Aku masi dikamar, mencoba menakhlukan perasaan ini dengan segenap airmata. Aku ingin untuk sekali ini saja, wahai perasaan yang seharusnya pergi menghilang, berhentilah untuk terus menuntutku bersamanya! Tak kau lihatkah bagaimana bahagia dirinya untuk menyambut esok? Jadi aku perintahkan kau untuk tidur sejenak dan bantu aku menakhlukan hari ini.
“Akhirnya dateng juga lu ka.. yuk sini bantu bantu”
“Apa kabar lu shob? Kangen bener gua sama lu”
“Jangan bengong aja, ayo banyak kerjaan yang menanti”
Begitulah kalimat kalimat pengawalan dari ketiga sahabatku. Ya meskipun tanpa Regi kami tetap kompak seperti dahulu, hanya ada beberapa perbedaan diantara aku dan aufa.
“Si regi bisa datengnya ntar malem, dia ada lembur katanya yg ga bisa ditinggalin”
Tutur atika salah seorang sahabatku.
“yaudah yang pernting besok hari ‘H’ antara Aufa & Rehan sukses sesukses suksesnya..”
“Amin..” tuturku mendengar perkataan Iqbal.
Rehan langsung melihat kearahku dengan sorotan mata yang seperti ingin mengatakan sesuatu kepadaku. Aku hanya tersenyum kearahnya, matanya jelas memancarkan cahaya berkaca kaca. Apakah ia kagum dengan keteguhan ku atau dia kecewa dengan ku, entahlah aku juga tak mengerti.
Saat ini aku sedang berbaring di salah satu kamar dirumah rehan, sudah pukul 23:45 menit. Terlihat Iqbal dan Regi sudah telelap tidur, mungkin karena kelelahan satu harian mempersiapkan semuanya. Hanya aku yang belum bisa memejamkan mata ini. Aku hanya memandangi biasan cahaya yang dipancarkan bola lampu yang ada dikamar tersebut. Mengingatkanku tentang pandangan rehan terhadapku tadi siang. Apa yang dia maksudkan dengan memberikan kepadaku sorotan mata seperti itu? Handphoneku bergetar. Ada sms masuk dan langsung kulihat isi pesannya.
“Kamu pasti belum tidur, bisa keluar sebentar? Pengirim – Rehan ”
Awalnya sempat ragu untuk mengikuti kemauannya, mengingat saat ini aku sedang berada dilingkungan hari H dirinya besok. Apalagi disini ada beberapa orang temanku, aku takut terjadi salah faham, tapi hati ini bergerak mengikuti haluannya. Ia ingin untuk aku mengetahui apa yang sebenarnya rehan mau. Jadi dengan menutupi segenap perasaan bersalah aku memberanikan diri untuk keluar dan menghampirinya yang kulihat sedang menungguku di teras belakang rumahnya.
“Hai, kenapa belum tidur?” tuturku padanya yang terlihat sedang melamunkan sesuatu hal.
“Eh, iya aku belum ngantuk. Ternyata dugaanku benar kamu belum tidur. Kamu sendiri kenapa belum tidur?”
“Sama, aku juga belum ngantuk han, ada apa? Aku takut ada salah faham kita berbicara berdua seperti ini”
“Tak ada yang perlu ditakuti, ini sudah pukul 03:30 pagi aufa dan yang lain aku yakin sudah terlelap pulas. Ada hal yang ingin kutanyakan..”
“Apa?” Tanyaku sembari penasaran.
“Bukan kah kamu sudah diberikan oleh ibuku sebuah paket kotak? Kenapa tidak bercerita padaku kalau kamu ada kerumah beberapa bulan lalu?”
“Iya ada, maaf aku rasa tak terlalu penting untuk memberitahukanmu bahwa aku sempat datang kerumahmu beberapa bulan lalu..”
“Kenapa? Dari dulu selalu saja meremehkan sesuatu hal ya ka?”
Rehan membiaskan sinar matanya kearahku, dan tent saja ini membuat sedikit perasaanku bergetar karenanya.
“Aku datang hanya untuk bersilaturahmi saja”
“hanya bersilaturahmi? Bukankah kamu mencari informasi tentang keberadaanku saat ini ?”
“Ya, itu juga sebenarnya. Hanya sekilas ingin mengetahui kabarmu saja”
“aku juga ngerasa aneh, kamu datang kebandung tiba – tiba tanpa ada hal yang penting kemudian tinggal disina sebagai pengangguran? Ada apa sebenarnya ka?”
“Aku memang berniat mencari lowongan..”
“Berhenti untuk terus membodohiku ka! Mau sampai kapan kamu terus tutupi semua itu? bahkan sampai di ujung cerita seperti saat ini kamu masih bisa menutupinya? “
Rehan mengerang kearahku. Aku sontak terkejut mendengar suaranya yang dibelakangi nada isak tangisnya. Airmatanya membeludak dan entah mengapa aku begitu tak kuasa melihatnya seperti saat itu.
“Aku capek ka! Dari awal masuk di kampus itu hingga saat ini Cuma bisa diam dan diam. Kamu terus menutupinya hingga rela menyerahkan ku kepada aufa? Aku mohon dengarkan aku!”
“Apa yang kamu bicarakan han? Ini kenapa kamu nangis seperti ini? Tak enak jika ada yang melihat kamu begini!”
“Biarkan saja! Biar kamu lihat bagaimana gila nya aku yang mencoba menyingkirkanmu dari segala khayalan yang ada! Kamu memang pengecut yang tak bisa mengerti perasaanku!”
Aku mengepalkan tangan. Rasanya ini kenyataan bodoh yang pernah kulakukan. Aku tak kuasa membendung airmata. Tak ingin rehan melihat air mata yang menetes, aku membelakanginya.
“Aku ga nyangka, kamu benar benar pengecut ka! Aku salah pernah berharap kau mencintaiku! Ini yang terkahir ka, setelah besok ga akan ada kesempatan sedikitpun diantara kita”
Suara hentakkan kakinya terdengar, perlahan demi perlahan, langkah demi langkah, dan seiring bergulirnya peristiwa ini aku ingin sekali ini mengakuinya. Aku, aku tak bisa terus menerus membodohi diri dengan pura pura mengabaikannya begitu saja, aku langsung berbalik badan dan ku genggam tanggan rehan yang beranjak meninggalkanku.
“Maaf han, mungkin kau benar kalau akulah pengecut yang paling rendah di dunia ini. Untuk mengakui perasaanku, untuk berterus terang bahkan untuk mewujudkannya saja sama sekali tak pernah ku coba. Tetaplah disini, aku akan bercerita semuanya padamu”
Rehan melihatku yang menarik tangannya, ia melihat mataku yang semakin memerah dan meneteskan airmata. Demikian juga dirinya. Rasanya aneh mengakui ini, tapi aku benar benar tak ingin kehilangannya meskipun malam ini adalah malam terakhirku untuk mencintainya.
“Harus ku akui, seberapa besar rasa yang kutanamkan didasar hatiku dari dulu hingga sekarang, aku tak pernah menyangka bahwa bisa mencintaimu sampai sedalam ini, aku hanya takut bila denganku, kau tak kan pernah bahagia. Aku bukanlah sosok yang sempurna, itulah alesan kenapa aku menyerahkan sepenuhnya kepada Aufa. Aku sengaja pura pura tak memperdulikanmu dulu, mencoba mencari cara untuk tak menunjukkan apa yang aku rasakan, semua itu kulakukan hanya untuk kau bahagia. Aufa bisa membahagiakan mu bahkan hingga saat ini. Sejujurnya bukan mencintaimu yang sakit, tapi bagaimana mataku melihatmu bersamanya. Itu saja yang membuatku sakit. Hingga harus ku tutupi perasaan dengan topeng dan sandiwara yang sengaja aku mainkan. Rasanya hancur begitu mendengar kau memilihnya, meninggalkanku dan membiarkanku sendiri. Kampus menjadi sebuah kastil menyeramkan setelah hari itu, aku tak ingin berlama lama disana karena takut melihatmu bersamanya. Hingga kau lulus dan tak pernah memberikanku kabar sama sekali, aku sangat ingin mengetahui dimana dan sedang bersama siapa kamu saat itu, tapi mungkin sakit yang kamu miliki lebih besar dari sakitku. Aku terus mencari informasi tentang keberadaanmu dan akhirnya aku beranikan diri untuk datang kerumahmu han, bertanya kepada ibumu dan beliau memberikan sebuah kotak yang berisikan kata kata cintamu kepadaku. Terimakasih untuk itu. kemudian aku beranjak meninggalkan Jakarta dan memulai kehidupan di bandung dengan harapan bisa bersamamu. Namun setelah semua nya terjadi, sayang aku terlambat lagi. Bahkan saat ini kamu sudah bulat untuk mengikat komitmen kepadanya. Tapi itu semua hanyalah pengalaman yang tak harus berakhir seperti yang ku inginkan karena melihatmu bahagia itu lebih dari cukup han..”
Rehan kembali menangis begitu mendengar pengakuanku.
“Kami bodoh ka! Aku selalu menunggumu untuk mengatakan semua ini! Dari awal kita kenal diospek bahkan saat aku bersama aufa aku juga berharap kamu jujur kepadaku. Namun sepertinya aku hanya berandai andai. Aku memang sengaja memotong tali silaturahmi kita agar aku bisa lepas dariperasaan itu, berharap setelah pindah dan memulai kehidupan dengan kesibukkan baru di bandung, tetapi memang ga pernah bisa! Akhirnya aufa kembali muncul didalam kehidupanku, dia menawarkan sesuatu hal dari masalalu, aku kira tak salah untuk kembali mencintainya dan melupakanmu. Namun sepertinya tuhan mengatur segelanya, kamu menyusulku ke bandung dan kembali mengingatkan ku kepada perasaanku yang sampai saat ini masih kupedndam, Dan apa kamu melihatku bahagia dengan kondisi seperti ini ka?”

“Aku yakin kamu bahagia han, percayalah ini yang terbaik”
“Udah! Aku bosan dengan semua ini. Aku capek ka! Aku capek! Aku bisa saja membatalkan semua ini kalau aku mau! Berkeraslah untuk memilikiku dan akan kulakukan semuanya!”
“Kamu ngomong apaan han? Uda telat ini semua. Udahlah mungkin ini memang jalannya!”
Rehan berhenti sejenak. Ia menunduk dan mengepalkan kedua tangannya.
“Oke! Jika kamu memang menginginkan ku bahagia bersama Aufa, katakan itu semua sambil memandang kedua mataku!”
Aku sontak membeku. Intruksi rehan benar benar sulit kulakukan. Aku melihat kedua matanya dan mencoba mengalahkan perasaan yang ada?
“Kamu ngomong apa han? Uda besok kamu harus bangun pagi jadi sebaiknya..”
“Aku mau kamu lakukan itu! dan kita anggap semua ini selesai!”
Aku melihat binar binar kesungguhan dimatanya, aku coba mengalahkan semuanya malam itu. akan kucoba meskipun itu artinya aku yang harus sakit.
“Aku.. Aku.. Ak.. Bahagia AKU GAK BISA TANPA KAU HAN!!!!”
Aku tak bisa melakukan semua itu. rasanya aku benar benar bodoh bila membodohi perasaan itu lagi. Sudah cukup rasanya aku menyiksanya, biarkan aku mencintainya untuk satu malam ini saja. Aku memeluknya, rehan juga memelukku. Rasanya aku bisa mendengar suara degub jantungnya yang semakin memuncak. Demikian juga denganku. Aku langsung tesadar bahwa semua ini salah, ini semua bukan jalan yang tepat. Aku mungkin bahagia bila ia bersamaku, namun bagaimana dengannya? Aufa maksudku, aku mengerti betul bagaimana perasaan aufa kepada rehan, rasanya begitu menjadi pecundang dengan muncul tiba tiba di tengah cerita mereka seperti ini.
“Aku hanya ingin mengatakan, aku sama sekali tak pernah berusaha untuk mencintaimu. Selama ini semua yang kulakukan hanyalah topeng belaka, maaf tapi perasaan yang dulu benar benar sudah ku buang han”
Rasanya sakit sekali untuk melakukan hal ini, sudah berapa ratus kali pembodohan pembodohan yang sengaja ku lakukan hanya untuk kebahagiaan orang lain? Aku berharap rayhan mengerti, namun sepertinya bertimbal balik dari apa yang ku harapkan darinya.
“Aku sudah menyadarinya ka, aku mungkin terlalu bodoh mencintaimu dan menyia nyiakan aufa. Maaf sudah membuat forum yang salah pada saat seperti ini. Aku mengerti, kalau hanya perasaanku saja yang mencoba menggapaimu. Namun memang kelihatannya tak bisa. Bisakah kau mengatakannya untuk yang terakhir kalinya kepadaku? Ku mohon tatap mataku!”
“sepertinya banyak hal yang bisa kita lakukan dari pada untuk membuang buang waktu melakukan hal konyol seperti ini. Maaf atas semuanya, aku capek ingin kembali kekamar. Selamat malam”
Aku meninggalkannya.
Aku mundur, aku mengalah dan mencoba menutupi segala kenyataan yang ada. Ya, satu satunya hal yang selalu bisa ku bohongi dan membuat seorang rehan percaya adalah mengatakan kepadanya semua yang bertimbal balik dengan apa yang kurasakan. Aku sadar, dari sisi manapun ini semua salah! Aku ke kanan dan apakah harus mementingkan keegoisan diri sendiri tanpa memikirkan perasaan orang lain? Aku ke kiri, ini sudah kesekian kalinya aku menyiksa diri dengan membohongi perasaaku sendiri. Namun kelihatannya melihat orang lain bahagia dengan apa yang aku korbankan sedikit membuat rasa bangga pada diriku sendiri muncul.
Rasanya aku berjalan sendirian di koridor penghapusan dosa. Air mata dan kepalan tangan disertai dengan penyesalan yang tak bisa kujelaskan rasanya membuat background malam itu berlalu. Aku sama sekali tak memberanikan diri untuk menoleh kebelakang dan melihat rehan. Rasanya ingin segera tidur dan menyisihkan segala kepenatan yang ada. Dalam hatiku tentunya.
                Harinya tiba.. seluruh keluarga telah berkumpul. Dari pihak Aufa maupun Rehan. Untuk pria sesukses Aufa wajar rasanya bisa mengadakan acara semewah ini padahal hanya dalam rangka tunangan semata. Sedikit muncul rasa iri namun seperti nya ini semua mampu membuat hidup rehan bahagia kedepannya nanti.
                “Ayo ka, kelamaan lu! Acaranya segera dimulai tuh”
                “Iya ga, lu duluan aja ntar gua nyusul kok”
Pintu tertutup rapat, aku membiarkan diri menyendiri. Mencoba mengumpulkan kekuatan untu berdiri dan menahan segala rasa yang ada. Ini tak seperti yang biasanya, karena hari ini adalah hari penentuan. Dimana orang yang ku sayang dan menyayangiku harus mengingkatkan komitmen bersama orang yang sama sekali tak ia cintai. Sungguh perjuangan hidup yang luar biasa bagiku.
                “Entahlah tuhan, rasanya aku ingin hancur saja. Bagaimana rasa ini aku juga sudah tak bisa menggambarkannya lagi”
Tetes demi tetes air dari kelopak mata menetesi lantai di salah satu kamar rumah rehan. Hanya sekedar pelampiasan rasa sakit yang coba ku tahan. Dan semoga bisa bertahan sampai acara selesai. Acara dimulai, sayup sayup suara para tamu undangan bergemuruh terdengar. aku sudah berada tepat disamping rega dan alif temanku. Ku lihat aufa sudah bersiap sedia menyematkan cincin di jemari manis rehan, namun rehan tak kunjung kulihat.
                “Lebay sekali melakukan hal ini, seperti cerita di film india saja dibuatnya!” Tuturku dalam hati sambil mencari sosok yang kusindir.
“dimana rehannya kenapa ga muncul?”
                “Ga tau gua ka, mungkin lagi persiapan”
                “Askaa! Sini sini..!” panggil atika kepadaku, aku langsung menghampirinya.
                “Ada apa ka? Mana rehannya kok ga muncul?”
“aduh gua mesti ngomong gimana ya ka, rehannya ga berenti nangis dikamar. Gua disuru manggil elu, ayo ikut gua!”
Aku dan atika langsung berjalan kearah kamar rehan. Disana terlihat rehan dengan wajahnya yang dihias manis layaknya seorang wanita feminim. Aku sedikit merasa janggal, namun semua itu berubah begitu aku melihat matanya sembab memerah dan membengkak akibat rehan menangis terus.
“Yah, apaan sih ini! Acara uda mau dimulai tapi? Han ayolah kenapa gini sih? Gausah sok adegan film kuch kuch hota hai gini deh! Lebay tau gak! ”
“tunggu tunggu dulu, sebenarnya ada apa antara kalian ini? Aska? Rehan? Coba jelasin!” Tanya atika.
“biarlah, puas puasin aja kamu mau ngomongin aku pake kata apapun, toh setelah ini ga akan ada kenyataan untuk KITA”
“tolong jelasin ke aku dulu! Rehan! Aska!” atika kembali meminta salah satu diantara kami memberikan penjelasan.
“Nanti ku jelaskan! Sekarang yang penting kamu benerin dulu rehan, aku mau kedepan”
                “Askaaaaa!” terdengar lantang suara rehan memanggilku.
“Apa lagi han? Apa? Belum cukup semua yang ku katakan tadi malam? Apa yang ingin kau pertanyakan lagi? Semuanya sudah jelas! Bersikaplah dewasa untuk semua ini untuk apa kamu melakukan hal yang sudah tak ada? Untuk apa?!”
                “Ada apasih ka?” atika kembali mempertanyakan suasana ganjil yang ada ditengah tengahnya.
Rehan hanya terlihat menangis, menangis dan menangis. Aku bahkan lelah melihatnya bersikap seperti itu.
                “Lebih baik aku tak ada disini! Aku salah besar untuk berada disini!” tuturku kepadanya.
Aku beranjak pergi, meninggalkan kamar rehan, meninggalkan rumahnya dan meninggalkan acara. Apa cerita di balik hari itu aku tak tahu. Aku sudah tak bisa bila berada terus lebih lama lagi disana. Bukan hanya rehan yang akan sulit menerima segalanya jika aku ada, acaranya juga pasti akan berubah tak seperti yang diharapkan. Jadi lebih baik aku pergi meskipun aku sangat ingin melihat kebahagiaan antara Aufa dan Rehan.
                Aku kembali ke bandung. Mencoba menenangkan diri dan berteman dengan sepi. Setelah hari dimana aku pergi meninggalkan acara, aku tak pernah menghubunginya. Rehan sempat beberapa kali menghubungiku namun tak pernah ku hiraukan. Ini sengaja ku lakukan untuk memperbaiki keadaan yang terlanjur berantakan.  Aku juga sudah berjanji pada diriku untuk tak mengganggu dan datang dikehidupan rehan lagi. Semua ini kulakukan hanya untuk membuatnya bahagia bersama aufa yang saat ini menjadi tunangannya. Sudah sebulan sepertinya ia bisa berjalan diatas kehidupan sebagai bagian dari hidup aufa. Aku selalu tahu bahwa endingnya akan seperti ini, ending dimana aku memanglah bukan untuknya.
                “Mas, ada tamu diluar..”
                “Siapa bik?”
                “Mbak rehan mas..”
                “Bilang saja saya sedang tidur”
Dia datang kembali, untuk apa menemuiku lagi? Saat ini alur cerita kita sudah berjalan sesuai dengan jalurnya. Tak ada yang harus di perbaiki karena memang inilah mungkin akhir dari cerita kita.
                “Jangan jadi pengecut ka! Lagian aku kesini hanya ingin bercerita, bukan menuntu apapun.” rehan tiba tiba masuk ke kamar sambil mengatakan hal tersebut.
                “Apa yang perlu di ceritakan han?”
                “kenapa harus menghilang dari acara?”
“ada keperluan mendadak, salah satu perusahaan yang ku berikan surat lamaran pekerjaan menghubungiku dan mengatakan bahwa aku diterima disana dan harus langsung interview hari itu juga”
“jangan bodoh! Hanya untuk menutupi perasaanmu dari kenyataan kan? Untuk apa berlari lari seperti ini dan berkata bohong kepadaku? Kamu kan sudah menerima tawaranku bekerja di perusahaanku?”
“aku tidak bohong, memang begitu kenyataannya han. Aku juga belum menanda tangani surat kontrak di perusahaanmu kan? Jadi gak ada lasan buat aku gak mencari tempat yang lebih layak”
“bilang saja kamu ga sanggup melihat aufa menyematkan cincin ke jariku makannya kamu lari dari acara?”
“Bodo! Emang apa alesanmu ngomong kaya gitu ke aku? Kamu kira aku begitu menggilaimu han? Siapa kamu!”
“berhentilah jadi orang lain ka, untuk apa kamu memelukku ketika malam itu? dan berkat itu akhirnya aufa membatalkan semuanya!”
“membatalkan? Maksudnya?”
“Ya, aufa membatalkan acara pertunangan kami. Ditengah tengan acara yang begitu megahnya ia berbicara dengan suara lancang. Mengatakan bahwa ia tidak bisa mengikat komitmen bersama gadis yang terlanjur mencintai orang lain dan dicintai orang lain”
“Tapi kenapa han?”
“Karena dia melihat kita berpelukkan di teras rumahku ketika malam itu..”
“Oh tuhan! Aku bisa ngejelasin ini semua sama dia. Hubungan kalian pasti akan baik baik saja han sekarang kita kerumah aufa”
“gak ada gunannya lagi ka, aku udah certain semuanya sama dia”
“Bodoh banget han! Bodoh banget! Aku jadi ngerasa bersalah tolong maafkan aku. Aku.. aku akan menemui aufa dan meminta maaf kepadanya!”
“Dia sudah pergi, dia ada tugas mendadak di amerika dan dia memberikan surat ini untukmu”
Sepucuk surat beramplop dan bertuliskan namaku diberikan rehan, dari Aufa.

Dear Aska Wisesa.
Aku ga tau mesti ngomong dari mana sama lu sob, tapi aku pengen minta maaf sama elu. Udah banyak yang uda elu korbanin buat aku sama rehan, uda cukup banget kami nyiksa elu. Aku sadar ka kalo elu sayang sama rehan dari dulu banget semasa kuliah, Cuma entah kenapa hati gua ga bisa ngikhlasin rehan gitu aja ke elu. Besar rasa sayang gua ke rehan tapi kenyataannya ada orang yang lebih memiliki perasaan yang besar kepadanya. Tapi semakin kesini gua semakin sadar, kalo orang yang gua cintai ga seneng sama apa yang gua lakuin untuknya, itu karena dari dulu sampe sekarang hatinya Cuma buat elu. Ka, aku bener bener minta maaf tapi jujur gua iri banget sama keberuntungan elu bisa miliki hati rehan. Beda sama gua yang Cuma bisa miliki raga dia doang. Lu ga usah ngerasa bersalah sama apapun dicerita ini, karena gua lah peran antagonisnya disini ka, untuk semua ini aku minta maaf sama elu, sama rehan juga. Sebagai permintaan maaf gua, gua ngasi Cuma Cuma buat kalian berdua 2 tiket buat holiday ke las vegas. Disana kalian bisa berdua tanpa ada orang ketiga. Aku ngarepnya pulang dari sana kalian uda punya rencana buat ngelanjutin hubungan kearah yang lebih matang. Tolong jaga rehan baik baik ya. Aku percaya kalo elu itu bisa selalu buat dia bahagia sampe kapanpun.
                                                                                                                                                 Aufa

Tak kuasa ku teteskan airmata begitu selesai  membaca surat dari salah seorang sahabatku itu, entahlah rasanya begitu tersisih oleh rasa bersalah dan dalamnya penyesalan bisa berada ditengah tengah hubungan mereka seperti ini. Aku melihat  keara rehan yang dari tadi melihatku menitikkan airmata begitu selesai me,baca surat ini.
“Sekarang ngerti kan? Bukan kamu yang buat semua ini berhenti ka, tapi aufa yang memang menginginkan semua ini. Kalo kamu ga pengen dia terus ngerasa bersalah lakuin apa yang dia pengen”
Ku rangkup kedua tangan rehan, sambil mengahadap tepat dihadapannya.
“Aku minta maaf se maaf maafnya han, aku minta maaf”
“Aku udah maafin kamu, tinggal kamu yang maafkan diri kamu sendiri ka”
Aku tersenyum tepat dihadapannya.
Hari semakin berlalu dan berganti. Banyak kejadian kejadian baru yang ku alami bersamanya. Tertawa dengan dunia baru diatas jendela pelangi yang akhirnya bisa kami ciptakan berdua. Bisa melangkah bersama di tempat seindah las vegas berkat keikhlasan salah seorang sahabatku, dan ditemani orang yang begitu kusayangi dan menyayangiku. Aku kembali hidup, aku kembali bercerita dan mempunyai alur sendiri. Tak ada lagi beban yang harus aku dan rehan tutupi satu sama lain, berkat semua ini kami kian kokoh dengan hubungan ini. Akhirnya aku bekerja di salah satu perusahaan yang menerimaku, lumayan untuk nabung buat pernikahan ntar. Rehan juga sudah kembali dari singapure dan kembali kerutinitasnya sebagai salah seorang pegawai perusahaan di bandung. Sesekali atika, regi, alif dan iqbal datang menemuiku dan rehan. Bercanda tawa dalam nostalgia semasa menjadi mahasiswa. Sebelum dipindahkan di Amerika, aufa juga sudah mengucapkan selamat kepada aku dan rehan. Akhirnya aufa bisa kembali tersenyum bahagia karena mendapatkan seorang gadis Indonesia yang berkerja di amerika.
”Endingnya gini ya ka, aku ga nyangka bisa jadi satu sama kamu kaya gini”
“Aku juga han, untuk bermimpi memilikimu saja tak berani, apalagi memikirkan sampai sejauh ini”
“Akhirnya ga main petak umpet lagi ya ka, nyembunyikan perasaan satu sama lain”
“Sekarang kita bebas, mungkin ga semua kisah bisa happy ending, tapi sebagian penulis selalu ingin membuat pembacanya lega dengan apa yang ia tulis. Setiap penulis ingin ceritanya bahagia dan membawa inspirasi tanpa akhir yang menggantung bagi sang pembacanya”
Kerumunan tamu mulai memadati acara pernikahan kami. Aku melihat mata yang bercahaya dari sorot matanya. Bisa duduk bersanding dengan orang yang kita cintai itu ternyata lebih bahagia dibanding apapun.
 “Akhirnya nikahan juga ya ka, kami turut bahagia”
“Makasi tik, iqbal sama regi mana?”
“Ntar lagi dateng, katanya ada sureprise dari mereka buat kalian”
“Nah, kalo pacar elu mata tik?”
Alif tiba tiba muncul ditengah tengah perbincangan antara kami.
“Ini cowo gua yang baru, kenalin”
“Kalian jadian seriusan? Lif, coba lu jelasin ke aku sama rehan?”
“Jadi semenjak semester  3 aku uda nyimpen rasa sama atika ka, Cuma kaga berani ngungkapin. Baru sekarang beraninya”
“Sama eja elu, gak beranian kaya aska lif!”
Kami tertawa bersama. Tak lama datang kedua sahabat ku bersama dua orang wanita yang mereka gandeng. Membuat suasana kian hangat dengan anda tawa yang tercipta. Sureprise yang dimaksud atika ternyata bahwa Regi dan Iqbal ingin memperkenalkan pacar baru mereka kepada kami.
Indah memang indah, cinta yang ku simpan rapat rapat akhirnya bisa membawaku terbang di bandara rehan. Seandainya semua cerita cinta bisa membawa kebahagiaan dan bisa bersama orang yang mereka cintai. Tapi hidup selalu berakhir indah. Jika kita bercerita tentang cinta dan berakhir bersama cinta. Jangan pernah takut mengungkapkan rasa, sebab rasa adalah salah satu bentuk pendapat kepada orang yang kita cintai. Terimakasih duniaku, kenyataan dan alur abadi yang telah tuhan ciptakan untuk sejarah hidupku. Aku bahagia bisa bersamanya sekarang.

                                                                                                                                                                 Manusia Di Ujung Asa
                                                                                                                                                                 1,2,3 Dan Rayhan Mutia Putri.
Dari – Aska Wisesa. Dan semua kenyataan yang ada.


SELESAI

                                                                                                                                                                 

Minggu, 06 Januari 2013

True Or Dare?


Oleh mysJ


Masih dengan kebiasaan lama yang selalu rutin ku kerjakan. Entahlah, rasanya begitu puas saja untuk bisa melihat apa yang sedang ia fikirkan, apa yang sedang ia rasakan. Namun kelihatannya lebih sering aku mengecek akun nya. Baik itu facebook ataupun twitter yang ia punya daripada dia yang jarang sekali untuk mengupdate kedua akunnya tersebut. Aku sedikit tertarik untuk mengenal pribadinya. Aku mungkin belum bertemu ataupun berinteraksi dengannya baik itu secara langsung maupun lewat virtual. Makannya aku belum berani untuk mendeskripsikan perasaan ini perasaan cinta padanya. Aku selalu mengkorek – korek informasi tentang dirinya, yap ternyata benar! Jika kita menyukai seseorang, kita akan menjadi seperti seorang detektif yang mencari tahu ulasan ulasan mengenai orang yang kita sukai. Kelihatannya pepatah itu benar benar terjadi padaku. Sebut saja  namanya Dita. Anaknya kelihatan sederhana dan baik. berwajah ayu dan dengan senyumnya yang membuatku benar benar tertarik untuk mencari tahu siapa dan dimana dia berasal. Namun kelihatannya semua itu masih dalam proses. Aku sudah beberapa kali bertanya pada teman teman satu sekolahnya, kebanyakan dari mereka berkata “Anaknya baik, tapi kelihatannya sudah memiliki pacar” hal yang benar benar paling tak ingin kudengar ketika sedang jatuh cinta adalah mendengar bahwa orang yang ku sukai sudah memiliki tambatan hatinya. Aku tak tahu mesti bagaimana, jika kabbar tersebut benar, maka sulit untukku mengenalinya dengan ruang lingkup yang lebar. Pastilah dia bahagia dengan orang yang mencintainya saat ini, dan tak ingin meluangkan waktunya untuk orang baru sepertiku walau hanya sedetik saja. Aku ingin sekali untuk bisa berinteraksi dengannya. Aku tak perduli mau lewat dari mana kami bisa berhubungan, baik itu secara tatapan mata ataupun hanya lewat ketikan jari jemari lentiknya.
“Hai dita? Nama kita hampir serupa hanya beda dihuruf terakhir saja. Kau memiliki huruf vocal ‘A’ dan aku memiliki huruf vocal ‘O’ di akhir nama panggilanku. Bolehkah aku mengenalmu sebagai seorang teman? Perkenalkan namaku Dito, aku mahasiswa disalah satu Universitas swasta di medan. Kamu anak SMA Negeri 2 Medan bukan? Ya, aku sudah mengetahuinya dari sekilas Biografi yang ada di Facebookmu, terimakasih sudah mau berkenalan denganku” Aku selalu menghadap kearah cermin yang ada dikamar sembari mengucapkan kalimat kalimat aneh seperti itu sambil memainkan segala espresi wajah untuk mempersiapkan timming yang tepat bila mana kita bisa bertemu satu sama lain. “Apakah kau menyukai sosok Pria sepertiku? Atau sosok yang jenaka, konyol? Atau yang terkesan pediam dan cool? Atau yang bagaimana? Coba salah seorang jelaskan padaku lelaki seperti apa yang ia suka?” aku mencoba mencari sosok pribadi ku yang kusimpan dalam lemari batin. Ya, kalau kejadian seperti ini bisa ku kenakan untuk lebih menarik perhatian orang yang kusukai. Sebenarnya buka berniat menipu dengan menjadi pribadi yang berbeda dengan pribadiku yang asli, namun lebih ke usaha yang kulakukan demi menarik simpati orang yang ku sukai. Aku tak terlalu begitu pandai menggombal, jujur saja jika baru pertama kali berada dekat dengan orang yang kusukai pasti akan salah tingkah dan mengangkat tanganku kekepala sambil menggaruk garuk kepala. Aneh memang, meskipun tak ada yang gatal aku selalu saja melakukan hal itu kala salah tingkah ataupun gugup didepan orang lain. Sepertinya cinta memang mengajarkan kita untuk bagaimana bersikap apa adanya dengan menjadi diri sendiri, namun aku tak bisa menampik diri jika berada dekat dengan orang yang ada dihatiku, aku ingin membuatnya merasa nyaman meskipun itu artinya aku harus berubah menjadi orang lain untuk beberapa saat.
Aku sudah lelah menjadi orang gila, harga diri sudah terombang ambing rasanya melihat aku selalu mengemis pada teman temannya untuk menyampaikan salam ku pada dita. Tapi, ,meskipun dita tak ada, rasanya perasaan ini bertambah setiap harinya. Rasanya aku bisa merasakan detak dan degup jantung yang semakin bergejolak cepat kala aku memandangi foto foto yang ada di akun pribadinya. “Adakah mereka mengatakan kepadamu bahwa aku menitipkan salam dan berharap kau mau berteman denganku dit? “ ya, aku mungkin bukan siapa siapa. Memangnya siapa aku? Orang baru yang coba beusaha mengatakan bahwa aku mencintaimu gitu? Kita tak pernah berinteraksi sama sekali, namun bagaimana perasaanku ini muncul dan tumbuh semakin mejadi setiap harinya? Pasti sulit sekali untukmu mempercayai hal ini. Namun, jika kau berkenan memberikanku kesempatan untuk memperlihatkannya, aku akan berusaha menampilkan nya dengan apik dan baik. semoga dengan melihatku berusaha seperti saat ini kau bisa mempercayai sedalam apa perasaan yang selalu ku pendam dalam hati.
“Dita bilang terimakasih atas bunga yang kamu berikan padanya, lain kali kirimin aja bunga deposit ke dia gitu katanya” ternyata anaknya kocak, salah seorang sahabatnya yang membantuku untuk memberikan setangkai bunga mawar merah kepadanya mengatakan hal tersebut. “Apakah kelihatannya dia menyambitku?” tanyaku padanya, “Sepertinya masih lampu kuning, tapi tenang aja seiring berjalannya waktu dan kamu memberikan yang terbai, pasti dia akan membukakan pintu hatinya untukmu..” waktu demi waktu kian menua. Alam mulai mengubah iklimnya saat ini. Musim hujan dan selalu saja hujan disiang hari. “Dita dimana sih, dijemput tapi ga jelas keberadaannya dimana” .. “Bang dito..! dita disini” ya, ini sudah ketiga kalinya aku menghantarkan dita kembali kerumahnya ketika hujan bernyanyi. Tak masalah demi dia aku rela berbasah kuyup dan mengalah demi nya dengan memberikan mantel hujan yang hanya muat satu orang kepadanya. “Ga apa apa bang? Nanti abang sakit gara gara dita?” khawatirnya kepadaku “Basah seperti ini pun asal ada dita bersamaku, ga masalah . sakit sekalipun asal demi dita sehat, itu juga jauh lebih baik” aku samapai dirumahnya, sepertinya sepi tak ada orang. Dita juga kelihatannya sedang membuka pintu rumahnya dengan kunci yang ia bawa. “Loh, orang rumah kemana dit?” .. “Lagi kerumah bukde yang ada di siantar bang, ayo masuk keringkan dulu badan abang itu ntar masuk angin. Dita buatkan teh manis hangat ya?” .. “Ha? Gausah dit, abang langsung pulang aja. Gaenak sama tetangga entar dikira berdua dirumah ngapain lagi..” .. “Yah abang kenapa ngomong gitu? Jadi nolak nih tawaran dita?” nada suara dita itu loh yang seakan akan membuatku tak kuasa untuk menepis segala keinginannya.
Akhirnya aku berada didalam ruangan rumahnya dibaluti handuk dan the manis hangat ala chef dita. “Makasi banyak ya bang, udah 3 hari ini rutin nganterin dita kerumah terus. Dita takut abang sakit aja” .. “Ya ampun dit, tadikan udah abang bilang, sakitpun abang kalo itu demi dita yang ga sakit, ya gapapa. Abang ikhlas..” .. “Kenapa abang gitu relanya demi dita?” mungkin ini saat yang tepat untuk mengatakannya. Suasana dingin dan berada dirumahnya hanya berdua. Aku pandang kedua kelopak matanya sambil kupegang tangannya yang dingin. “Dita, dari awal abang relain segalanya demi dita itu karena abang sayang sama dita. Abang jatuh hati sama dita. Yya, meskipun abang akui pada awalnya abang hanya tertarik untuk mengenal dita sebagai seorang wanita, namun kian lama kian hari perasaan itu muncul, abang kaya di kejer kejer buat ngelunasi utang sama dita. Dan sekaranglah saatnya abang lunasi utang tersebut. Dita, dita mau kan jadi pacar abang?” aku lupa satu hal. Ternyata perkataan teman teman nya kepadaku bahwa dita sudah memiliki pacar itu nihil! Mereka salah informasi kelihatannya. Jadi jalan kea rah hatinya dita itu kian melebar dan saat ini aku sudah berada tepat didepan pintu hatinya tersebut. “Dita kok nangis?” .. “Enggak bang, dita Cuma terharu aja baru kali ini ada cowo yang gitu rela nya ngorbankan dirinya demi dita. Abang ini udah sakit kali ya mau sama cewe kaya dita?” .. “Dita kok ngomong gitu? Ga ada alesan dit buat abang ga jatuh cinta sama dita” .. “Abang yakin bisa jalani hari sama dita?” aku mengangguk mendengar pertanyaannya. Dengan tangan yang masih tergenggam erat akhirnya dita menghusap airmatanya. Dia mengangguk kearahku sambil melontarkan senyum manis nya kearahku. Ya tuhan inikah awal dari segala nya? Inikah bahagia yang pernah mereka katakan kepadaku? Aku begitu hangat dalam pelukan dita. Airmata ku tak kuasa menetes, airmata bahagia karena sekarang keinginan dan harapan yang dulu kupelihara bisa mekar nan elok didalam relung hatiku yang paling dalam. Berjanjilah pada diri untuk terus seperti ini. Wahai hatiku yang bisa berubah, jangan pernah kau sakiti gadis ini, karena aku begitu mencintainya setulus hati. aku tak akan menyia nyiakannya kapanpun itu. terimakasih cinta, terimakasih dita. 

special story for my special girl GT:)

Sabtu, 05 Januari 2013

MANUSIA DI UJUNG ASA 2


Oleh mysJ

 pesan penulis : cerita ini cuma karangan fiktif belaka! ga ada unsur apapun. cuma kelanjutan kisah dari yang "Manusia Di Ujung Asa" doang, makannya nama tokohnya sama. tapi tetep ini cuma cerita! ga ada modus menyinggung atau mendoakan pihak manapun. terimakasih.

                “Selamat atas kelulusan kalian semua, semoga bisa menjadi sarjana dan diploma yang bisa berguna bagi bangsa dan Negara” terdengar gemuruh keramaian tepuk tangan yang dipersembahkan oleh para tamu untu rector kami yang telah selesai memberikan kata sambutan terakhirnya untuk kami para Mahasiswa dan Mahasiswi yang telah berhasil menyelesaikan Skrpsi dan tugas akhirnya. “Alhamdulillah akhirnya sahabat gua lulus juga.. Selamat ya brader!” .. “Aku ga nyangka loh kalo kalian bakalan dateng, tapi makasih atas ucapan dan doanya semoga terkabul amin..” .. “Bagaimana rasanya pake topi toga sambil menuntun gelar sarjana ka?” .. “Topi ini maksudmu din? Ini menurut saya adalah salah satu hadiah terindah dalam hidupku yang pernah aku dapatkan..” .. “Akhirnya, kita bisa lulus dan mendapatkan gelar masing masing yaa..” Ya, tepat di hari ini segalanya akan dimulai. Akhirnya aku bisa lulus dan mendapat gelar Sarjana dari kampus ini. Dengan perasaan bahagia aku melangkah keluar dari lingkaran sebagai mahasiswa. Dan memulai lembar baru sebagai salah seorang pemuda Indonesia dengan tanggung jawab baru dan tentu saja tujuan hidup yang baru juga. “sayang ya Aufa, Regi sama Rehan ga disini. Ga ngeliat gimana tampan nya elu pake topi toga sekeren sekarang. Kabarnya mereka bagaimana dan dimana saat ini saja gua ga tau” tutur Atika salah seorang sahabat ku yang sudah satu tahun lebih dahulu lulus dari kampus ini. Saat ini dia sudah menjadi diploma beruntung karena telah dikontrak kerja pada sebuah perusahaan ternama di Jakarta. Belum lagi kalau aku ngeliat iqbal. Yah meskipun sudah 3 kali dalam setahun ini dia berada di perusahaan yang berbeda, namun ketiga perusahaan tempat dimana ia berkarier merupakan perusahaan dengan saham terbesar yang ada di Indonesia. Tinggal aku dan Alif yang akan menginjak tapak demi tapak perjalanan mereka. Bagaimana pun, aku akan menjelajahi pengalama hidup yang sama dengan mereka. “Iya aku juga ga pernah lagi denger kabar mereka. Dimana mereka sekarang ya? Lu tau ka?” .. “gua udah pernah coba ngubungi mereka via online, email tapi ga pernah dibales..” hai masalalu ? hai kenangan yang tergantung? Hai gadis unik berkacamata dan bercelana jeans dengan rambutnya yang tak kunjung panjang? Bagaimana kabarmu? Sedang apa? Apakah kau merindukanku seperti aku yang merindukanmu? Tak pernah ada kabar, tak pernah berusaha mengabariku atau setidaknya bercerita tentang bagaimana kehidupanmu setelah lulus dari kampus ini? Ini sudah tahun ketiga setelah kau lulus dan aku harus sabar menanti segala urusan dengan dosen dan baru lulus setelah kau lepas dari sini selama 2 tahun. Ya, ternyata aku harus lulus 5 tahun dari sini untuk mendapatkan gelar sarjana dan memakai topi toga ini. Bukan kah dulu kau pernah bercerita bahwa rasanya ingin sekali melihat moment moment indah dimana satu diantara kita telah menyandang gelar dan menggunakan toga seperti ini? Aku sudah melihatmu 3 tahun lalu, namun mengapa ketika aku yang ada diposisimu tepat 3 tahun yang lalu kehadiranmu begitu semu untuk kulihat? Bagaimana kau bisa tahu aku baru lulus setelah 5 tahun disini? Untuk berusaha mencari kabar tentangku atau setidaknya memberi kabar padaku saja tak pernah. Ada yang harus kau jelaskan padaku han setelah selama ini menghilang dan tak pernah member kabar kepadaku.
                Satu demi satu surat lamaran ku kirim. Menunggu datangnya panggilan dan berharap ketika telfon ku berdering, kabar sukacitalah yang aku dapat. Namun sepertinya belum ada satu perusahaan pun yang tertarik dan berminat memberikanku kesempatan untuk menunjukan kinerjaku kepada proyeksi mereka. Sudah sebulan setelah lulus dan hanya menjadi pengangguran dirumah yang tak jelas arah dan tujuannya. Inikah titik hidup dimana kita harus benar benar menentukan jati diri dan arah perjalanan yang mana yang akan kita lewati? Ternyata lebih membingungkan dari pada harus memikirkan untuk masuk perguruan tinggi mana tepat setelah aku tamat SMA dulu. Aku terus berjalan dengan keseimbangan. Mencoba menancapkan kata sabar dalam hati dan mengibarkan bendera tak pantang menyerah dalam semangat. Satu demi satu perusahaan, kantor, biro, hingga lowongan menjadi marketing aku datangi. Ada beberapa yang menerimaku, namun sepertinya aku hanya mampu untuk bekerja disana tidak untuk mencintai pekerjaannya. Ini sudah pengalaman kerjaku yang ke dua dan aku kembali keluar dari temat kerja tersebut. Tersiksa rasanya jika memaksakan diri untuk mencintai sesuatu hal yang tidak kita cintai. “Wah kak Aska dateng.. Maa kak aska dateng nih” .. “Nak aska, apa kabar kamu? Sudah tak pernah lagi main main kerumah rehan?” .. “Iya maaf bu, sibuk ngurus kelulusan kemarin, oh iya ini ada sedikit oleh oleh..” .. “jadi ga enak ibu ngerepotin, ayo duduk nak . bentar ya ibu buatkan minuman..” sambutan yang tetap hangat dari keluarganya, tak ada bedanya ketika aku datang saat ini ataupun ketika dulu semasa kuliah. Tak banyak yang berubah, halamannya tetap seluas dahulu, banyak tanaman yang sengaja dirawat dan memberi warna hijau. Sudah setahun lebih aku tidak kesini, kabar teakhir yang aku dapat dari keluarganya,  rehan saat ini bekerja di bali sebagai operating disalah satu perusaahan asuransi. Ketika diberi no handphone nya tepat setahun lalu oleh keluarganya, rehan tak mencoba mengangkat atau menghubungi panggilanku. Tak ada balasan sms yang masuk, aku benar benar bingung dengan sikapnya ketika itu. padahal niatku hanya ingin bertanya bagaimana kabarnya dan bekerja dimana dia saat itu. “Rehan uda ga kerja di bali lagi nak. Dia sudah pindah di perusahaan lain..” .. “Oh ya buk? Di daerah mana dia bekerja sekarang?” .. “Loh? Kalian ga pernah saling terhubung lagi selama ini?” aku mengelengkan kepala sambil tersenyum kearah ibu rehan. “mungkin rehan sedang sibuk ka, saat ini dia bekerja di bandung. Salah satu perusahaan dibagian future gitu katanya ibu juga kurang ngerti. Oh sebentar, ibu hampir lupa 3 bulan lalu rehan pernah nitipkan barang buat nak aska. Sebentar ibu ambilkan dulu” rehan terakhir kali pulang kerumahnya di Jakarta 3 bulan lalu? Sepertinya benar benar wanita karier dengan kesibukkan baru yang luar biasa sampai tak sempat untuk memberikan ku kabar.
                Terakhir sebelum pulang dari rumahnya barusan, ibunya memberikan ku sebuah kotak berwarna  coklat muda. Masih dalam peganganku, aku benar benar penasaran dengan isinya. Katanya dari rehan tepat 3 bulan lalu ketika ia kembali dari bandung, dia menitipkan benda ini kepada ibunya untuk diberikan kepadaku. Awalnya disambut oleh selembar amplop berisi surat. Aku langsung membuka dan membacanya.
                
Dear Aska Wisesa sahabatku.
                Maaf baru sempat memberikan kabar kepadamu. Aku kian sibuk mengerjakan schedule dan tumpukan tugas tugas dari kantor dimana aku bekerja. Aku ucapkan terimakasih karena kamu begitu peduli padaku hingga terus mencari kabar terbaru tentangku, maaf belum sempat mengunjungimu sahabatku, tapi aku janji bakal ngeluangin waktu buat jumpa sama aska nanti ketika cuti kudapatkan.
                “Hai aska, gimana kabar elu? Gua saat ini uda kerja loh di Great Agency Future Bandung. Yah perusahaan yang bergerak dibidang saham gitu deh. Dan posisi aku disini sebagai Assistant Wakil Manager. Lumayan loh gajinya hihi.. Lu sendiri gimana? Udah 2 tahun dong pengalaman karier lu dalam dunia kerja? Eh ka, ternyata kerja itu ribet yah? Ga sebebas kita semasa kuliah dulu. Tapi aku cinta kok sama pekerjaan ku saat ini. Oh ya ini ada sesuatu yang ga mahal sih tapi buat gua berharga banget. Dijaga baik baik yaa. I miss you so much, sampai ketemu lain waktu..
                                                                                                                                                   
Your friend,
                                                                                                                                                      
  Rehan Kece B)

                “tetep ga ada bedanya anak ini. 3 tahun ga ketemu tapi sifat penuh kejutan nya itu ada aja” batinku dalam hati. seraya tersenyum kecil sembari membuka isi dari kotak berwarna coklat tersebut aku juga tak kuasa membendung air mata. Kerinduan yang ada dan cerita hatiku padanya yang belum sampai dititik ending, membuatku begitu ingin memeluk dan mengatakan kepadanya bahwa aku mencintainya, selamanya. Sebuah album berwarna merah muda yang bertuliskan “Aska Wisesa” dan membuatku merasa semakin penasaran. Aku duduk di bangku meja belajarku, ku buka isi album itu dan ternyata isinya adalah foto foto ku semasa kuliah dulu. Dari awal pertemuan ku dengan rehan, hingga saat dimana terakhir kali aku melihatnya. Kapan dia membuat ini semua? Kapan dia berhasil mengambil potongan gambarku hingga aku pun tak menyadarinya? Aku mulai kembali mengingat masalalu. Mencoba mencari celah ingatan apakah aku pernah melihat rehan diam diam mengarahkan kamera handphone nya kearah ku? Ternyata aku mengingatnya! Ya aku pernah memergoki rehan mengangkat handphonenya, namun ketika kutanya “lu ngambil gambar gua ya han? Kalo ngefans bilang aja kali, gausah sok modus gitu” .. ‘ge’er lu! Gua lagi smsan tapi sinyalnya redap redup. Jadi ini lagi nyari sinyal..” ya! Aku ingat! Aku ingat rehan selalu saja melakukan hal itu, namun karena dari awal dia mengatakan padaku bahwa handphone nya sedikit bermasalah pada jaringan, membuatku tak begitu mencurigainya yang selalu mengambil gambar gambar ku secara diam diam. Tapi, kenapa? Kenapa dia diam diam mengambil gambarku? Selembar kertas kembali kutemukan dan berisikan rangkaian kalimat.
        
    Aska Wisesaa..       

   “ Aku mengenalnya sejak awal Ospek. Kami bersama dan tanpa ia sadari aku selalu mengambil gambar gambar nya secara diam diam. Aku melakukan itu untuk menjadikan nya sebagai kenangan. Kenangan yang setiap saat bisa ku lihat tanpa harus kembali ketempat dimana kami pernah bersama. Dengan foto foto ini aku bisa kembali menangis dan tertawa mengingat bagaimana dia menjadi bagian dari hidupku. Dia bagaikan abang terbaik yang pernah tuhan berikan padaku. Dia selalu melindungiku ketika seseorang menghalangiku untuk bahagia, dia selalu ingin mendengarkan ku bercerita tentang seseorang dimasalalu, dia selalu menjadi penyemangat di kala aku sedang melemah dan tak berdaya. Aku melihatnya sebagai sosok pria dengan kepribadian yang luar biasa, namun bukan sebagai sahabat, tapi sebagai orang yang kucintai layaknya hubungan antara pria dan wanita. Namun matanya tak pernah membiaskan sinar sinar pertanda buatku, aku hanya melihat dia ada namun hanya menganggapku sebagai sahabat atau mungkin hanya teman biasa. Aku tak berani bermimpi untuk mendapatkannya, atau bahkan bermimpi untuk dia berkata bahwa ia mencintaiku seperti aku mencintainya. Aku tak berani karena aku yakin dia hanya melihatku dengan sudut sahabat, bukan cinta. Hingga saatnya tiba, ternyata dugaanku benar, dia tak mencintaiku itu dibuktikan dengan tawaran nya yang menyarankanku untuk menjalin hubungan dengan Aufa, salah satu sahabatnya. Saat itu aku hampa, aku menjadi kosong, tak ada harapan lagi, bahkan enggan rasanya hidup dengan lingkungan yang sama dengannya. Aku menyadari kalau aufa menyukaiku, tapi aku mencintainya! Bukan Aufa! Tapi Aska! Akhirnya aufa menyatakan perasannya padaku, awalnya berat rasanya untuk mengatakan “iya” kepadanya, namun setelah kufikir fikir tak ada salahnya mencobanya, aku tak perlu menunggu lagi orang yang jelas jelas tak mencintaiku. Aku menjalani hubungan dengannya hingga kami lulus dari kampus itu, tak ada sinyal kecemburuan yang Aska pancarkan kearahku ketika aku dan aufa sedang bersama. Itu jelas sekali benar benar membunuh harapan ku kepadanya. Aku salah untuk mencintainya, karena dengan mencintainya aku pasti akan bermimpi untuk bersamanya. Akhirnya aku bisa belajar untuk mencintai orang yang mencintaiku, ternyata orang yang mencintaiku jauh bisa membuatku bahagia dengan cinta yang ia miliki. tapi Aufa tak pernah sekalipun berhasil membuatku melupakanmu. Kau seperti sudah benar benar tertancap dalam dalam direlung dasar hatiku. Aufa sudah mencoba mencabutmu, tapi aku tak bisa. Aku hanya mencintaimu, Aufa hanya ku sayangi. Tapi inilah realita, aku harus sadar betul kenyataan yang ada sudah seharusnya kuterima. Aska, inilah perasaanku, suatu hari akan ku ceritakan padamu, kapan itu aku tidak tahu. Tapi yang jelas, begitu kau membaca ini, kau selalu tahun bahwa aku mencintaimu sampai kapanpun”

to be Continued..
                                                                                                                                                                                                                                                               

# ada kelanjutannya lagi, masih dalam proses. tunggu "Manusia Di Ujung Asa 3"

Selasa, 01 Januari 2013

R A D I A S I Part 1

oleh mysJ


                Aku masih saja berteman dengan sebuah pantulan yang dihasilkan oleh cahaya lilin. Mencoba bergerak dari bayangan satu kebayangan yang lain dan coba memanipulasi diri dengan realita yang ada. Bila ada yang bertanya, aku selalu menjawab “Sudah tidak ada, sudah biasa” sejujurnya, bila dirasakan sekali lagi aku masih bisa menyentuhnya dalam hatiku. Sulit untuk menjelaskan bagaimana perasaan ini. Ini lebih dari sekedar mengikhlaskan, bukan sebuah hal yang harus dimengerti karena takdir. Karena dia pergi bukan karenaNya, tapi karena keinginannya. Najis rasanya bila terpintas kenangan kebersamaan yang pernah tercipta antara aku dan dirinya. Bukannya aku egois karena kenyataan yang ada, tapi rasanya tidak pantas saja dengan apa yang telah terciptakan dengan situasi antara kita yang saat ini terjadi. Bagaimana kabarmu cinta pertamaku? Sosok adik kelas Sekolah Dasarku yang selalu ku ikuti langkahnya ketika pulang sekolah, namun sayangnya aku tak pernah sukses untuk bisa mengetahui dimana rumahmu. Akulah abang kelas yang dulu selalu menunggumu di pintu gerbang sekolah yang berwarna hijau tua tersebut. Menanti langkahmu untuk melewati gerbang itu dengan harapan bisa melihatmu saja untuk mengakhiri hari itu. sekarang aku mengerti, setelah didik dan mendapat sebuah pelajaran berharga dari seseorang dari masalalu. Bagaimana rasanya mendapat sebuah teori dan praktikum dalam menghargai seberapa besar perasaan seseorang, dialah orangnya, orang yang sukses membuatku selalu berjalan ditempat selama hampir 2 tahun. Sebentar lagi tepat 15 februari, dan jika kita masih dilahirkan sebagai sepasang kekasih yang merajut hati itu artinya sudah 2 tahun umur hubungan kita.
                Kita telah berjalan dijalan masing masing. Mengikuti alur takdir yang telah tuhan berikan dan lurus melangkah, berjalan tanpa mengenal siapapun orang dimasalalu dan bagaimana cerita bersamanya. Terlalu berharga waktu yang ada jika ku buang percua untuk mengingat kenangan bersamamu dahulu. Cerita konyol sekali sepertinya ketika SMA aku berusaha mencintai dan mengejarmu sampai mati matian. Dan tanpa kusadari aku terhanyut oleh arus ombak yang terjadi dalam hidupku. Meninggalkanmu yang susah payah kudapatkan dan harus menyesal melihat seberapa banyak hal yang kulewati tanpamu. Masih ingat? Bagaimana ending ceritanya? Ya, meskipun kini aku sudah menjadi laki laki berkarier dan sepertinya nasib mu benar benar beruntung bisa masuk keperguruan tinggi negeri favorite yang ada di Medan. Sudah lama aku menjamin kecerdasan yang kau miliki pasti akan menuntunmu menjadi salah seorang mahasiswi disana. Dulu apakah tuhan hanya meninginkanku mengecap kebahagiaan sementara? Atau memang aku mencintaimu yang masih begitu polos dan lugu  untuk menerima laki laki sepertiku? Hingga berbinar – binar cahaya yang terpancar dari kedua matamu ketika ku ucapkan selamat tinggal? Untuk menatapnya saja aku enggan dan merasa takut. Awalnya aku memang salah, aku memang menyesal dan aku tahu semua itu tak akan pernah mengubah keputusanmu untuk membenciku. Sudah berulang kali kau maafkan kesalahanku dan aku tetap saja mengulangnya dan terus mengulangnya. Tak usahkan untuk bermimpi kembali bersama, untuk benar benar dimaafkan saja itu semua mustahil. Aku menyesal dengan kesalahan yang memang seharusnya memang terganjar untukku? Apa maksud dari hidup ini? Aku sadar begitu banya kebodohan yang telah kuciptakan dan wajar rasanya bila kebodohan itu sendirilah yang menggerogotiku kedepannya, namun? Rasanya sesal ini tak kunjung hilang. Rasa cintaku tak lagi sebesar dulu, hanya perasaan sesal yang tak pernah berhenti untuk terus hantuiku. Aku sudah coba untuk mengikhlaskanmu, melupakan segala yang pernah terjadi, dan telah ku cabik cabik segala perasaan yang ada untukmu. Dengan cara membencimu lah ku lakukan semua itu. namun rasanya, aku masih merasakan penyesalan yang tiada ampun. Selalu diingatkan bagaimana caraku untuk membunuh perasaanmu dulu dan bagaimana aku menangis untuk penyesalan yang seharusnya memang kudapatkan.
                Aku bercerita tentang pelangi yang muncul setelah hujan reda, mencoba bernyayi untuk burung burung yang terbang ketika mentari terbit, dan tertawa lepas melihat gumpalan ombak yang menabrak karang. Aku mengenalmu dari awal sejarah cintaku, sosok adik kelas yang dahulu sempat kulupakan. Dan saat ini kembali muncul dan saat ini berada ditengah tengah kehidupanku yang sedang berlangsung. Kita bertemu kembali setelah 2 tahun berpisah dan berbeda sekolah. Aku di Sekolah Menengah dan dirimu yang masih menjadi siswi Sekolah Dasar yang juga menjadi tempatku menuntut pendidikan selama 6 tahun itu. ternyata cinta pertama itu benar benar menarik. Tuhan menciptakannya sebagai cover awal dalam kliping percintaan. Dimana setelah akhir dari isi kliping tersebut selesai, setiap orang akan kembali lagi kebagian depan dari kliping tersebut yaitu Covernya. Kini kau benar benar ada disini cik. Meskipun diawal kau menolakku namun semua itu tak membuatku berhenti untuk terus melangkah dan mengejarmu. Bagaimana anehnya sikapku ketika kita dipertemukan kembali setelah beberapa tahun dipisahkan. Mungkinkah kau Cinta Pertama sekaligus Cinta Sejatiku? Ah entahlah, yang terpenting saat ini tetaplah bersamaku. Jangan lepas dari pelukan hangat yang kita berdua ciptakan. Aku mencintaimu lebih dari apapun. Bahkan jika itu artinya kau tak benar benar mencintaiku. “Besok aku bakal ke bukit, mau ikut?” .. “Hah? Terus cika naik apa?” .. sedikit bingung juga awalnya dengan pertanyaannya. Bagaimana tidak, sejak awal aku memang ditakdirkan untuk tidak bisa mengendarai motor. Jadi, jika ingin pergi kedaerah yang tak terlalu jauh, aku hanya bisa mengendarai sepeda yang kupunya. “tebengan sama wisnu mau? Tapi naik sepeda? .. aduh malunya setengah mati mengatakannya. Terkadang terselip kesedihan melihat mereka yang sudah terbiasa mengendarai sepeda motor dan bisa leluasa hati berkeliling bersama pasangannya kemana pun mereka mau. Apakah aku memang dilahirkan sebagai salah seorang yang tidak bisa memiliki bakat untuk bisa mengendarai motor seperti yang lainnya? “Tapi sama wisnu kan? Kalo itu artinya bareng wisnu, jalan kaki pun cika rela..” salah satu hal yang benar benar membuatku mencintai sosoknya adalah karena pengertian dan kecintaannya yang apa adanya denganku. Seharusnya cika bisa mendapatkan sosok pria idaman yang lebih dariku. Namun entah mengapa ia bisa mencintaiku dan menerima segala kekurangan yang kumiliki. “Yaudah, besok jam 10 wisnu jemput di simpang gang rumah ya?” “hihi oke wisnu sayang” tutupnya yang mengakhiri perbincangan kami via telfon tersebut. Cika masih SMP, wajar saja jika orang tuanya belum menizinkan seorang pria datang dan membawa perginya. Sehingga kami backstreet dari orangtua dan kedua kakaknya. Buatku pandangan orang tidaklah penting selagi aku dan cika nyaman dengan apa yang kami ciptakan. “Ayo? Kamu siap?..” “Ini gimana ceritanya? Cika berdiri gitu?” “Yaa iya dong, cika berdiri terus pegang kuat punduk wisnu..” “Cika belum pernah loh, ntar cika jatuh gimana?” “Cika percaya sama wisnu kan?” cika melontarkan senyumannya sambil bergegas naik di bagian belakang sepedaku. Hari itu kami bersiap siap menghilangkan penat dan melaju dengan sepeda kearah bukit yang berada tak jauh dari rumahku. Banyak benda yang sengaja kubawa untuk menghibur kami disana. Ditengah perjalanan, cika mengeluh letih. Ia memintaku untuk berhenti sejenak dan beristirahat. Memang kulihat cika kelihatan terengah engah. Padahal yang mendayung aku. “ga ada alternatif lain? Pegel nih berdiri terus” aku berfikir sejenak sambil melihat kearah sepeda yang kami naiki. Kebetulan sepeda yang kumiliki memiliki batang yang terbentang lurus didepan, sehingga memungkinkan untuk membonceng orang dibagian depan. “wisnu ada ide!” .. akhirnya cika duduk santai dibagian depan sepeda. Aku bisa mencium wanginya rambut hitam lurus lebatnya tersebut. “akhirnya kesampean juga..” “ha? Kesampaian apa nu?” .. “bisa mencium wanginya rambut kamu” “hihi kamu ini ada ada aja deh” cika tertawa kecil mendengar perkataanku. “nuk, kamu kenapa mau sama aku? Aku kan masih dilarang sama kedua orang tua dan kakak aku buat pacaran?” .. “yang melarangkan mereka, hatimu engga kan? Perasaanku terlalu mendasar untukmu cik. Jadi penghalang apapun akan kulewati untuk bersamamu. Selagi kamu bisa mencintai dan menerimaku dengan segala yang kupunya.. kamu sendiri kenapa mau samaku?” “ga ada alasan untuk aku ga jatuh cinta samamu nuk. Sumber kekuatanku saat ini kamu, kamu jangan pernah kecewain aku yaa..” tangan cika mengenggam kuat tanganku yang sedang menggumpal pada stang sepeda. Sambil tetap mengayuh aku tersenyum kearahnya. Dalam hati benar benar dikaruniai rasa syukur bisa memiliki cika yang mampu menyejukkan setiap ruang dalam hatikku. “aku janji ga akan ngecewain kamu cik..”   

ntar ada yang part II... continued..