Oleh mysJ
Aku
sudah mempersiapkan segalanya dengan begitu matang, mulai hari ini aku akan
mencari cinta lama ku yang tertunda. Aku sudah dibandung dan aku tak ingin
rehan tahu bawa aku disini untuk mencari kejelasaan padanya. Kami sudah
merencanakan pertemuan disalah satu café yang ada di bandung. Aku sedikit
terlambat karena ada harus membeli sebuah hadiah untuknya. Sebuah dress
berwarna hitam yang selalu menjadi mimpiku. Aku selalu bermimpi melihatnya
mengenakan pakaian wanita seperti ini, tapi bagaimana rehan sekarang aku begitu
penasaran. Surat yang ia tulis sudah cukup membuat lautan airmataku terkurasa
dan perasaan ku yang begitu dalam menjadi kelabu. Entah apa yang harus ku
katakan, tapi saat ini aku sedikit lega bisa mengetahui bagaimana perasannya
terhadapku. “Yang mana si rehan ini, 3 tahun ga ketemu pasti banyak
perubahan..” tuturku seraya mengelilingi café tempat dimana kami berjanji untuk
bertemu. 20 menit lalu rehan menghubungiku. Ia memberitahukan kepadaku bahwa ia
telah berada di tempat yang telah kami janjikan. “Aku mencoba menghubungi nya
dan bertanya dimana posisinya saat ini.
“Haloo,
Rehan di meja No. berapa? Maaf telat soalnya tadi aku ada urusan sebentar”
“Cari
aja aku di café ini, aku aja sudah Nampak kamu loh ka”
“Oh,
oke fine jadi ceritanya mau main petak umpet nih?”
“Kok
petak umpet sih ka? Haha biar usaha aja dikit, ayo dong cari aku di meja no
berapa?”
Kulihat sekeliling café tersebut begitu ramai kerumunan
orang orang yang berlalu lalang. Banyak wanita yang ada, namun tak seorangpun
yang kulihat berpakaian sport seperti yang biasa rehan gunakan ketika semasa
kuliah dulu. “Pasti rehan menggunakan kaos oblong, jeket jeans dengan celana
jeans rombeng “ tuturku dalam hati seraya tetap mencari cari sosok orang yang
aku cari di café tersebut. Tiba tiba handphoneku kembali bergetar dan ternyata
rehanlah yang mencoba menghubungiku kembali.
“Aku kasihan padamu ka, uda kaya
orang ling lung begitu. Yaudah cepat kemari aku ada dimeja no. 23”
“Haha, lagian kamunya juga kurang
kerjaan pake acara main petak umpet segala. Yudah ntar aku kesana ya?”
Aku berjalan sambil mencari posisi meja dimana rehan berada.
“No. 23 yaa?” tuturku dalam hati sambil tetap mencari meja dengan no. 23 di
café tersebut. Aku tak begitu yakin dengan informasi yang rehan berikan padaku.
Saat ini aku sudah berada tepat dibelakang seorang wanita dengan rambut yang
tergerai panjang dengan drees nya yang berwarna gelap. dia berada tepat di meja
no. 23, seharusnya rehan yang berada disini. Anak ini benar benar ingin bermain
denganku sepertinya. Aku mencoba menghubunginya kembali.
“Tak perlu menghubungiku ka,
sayang pulsa kamu. Aku udah disini apa lagi yang perlu kamu tanyakan?”
Aku langsung mengalihkan pandanganku kearah sosok wanita
yang berbicara tersebut. Suaranya seperti suara rehan, betapa kagetnya aku
ketika melihat ini. Ternyata gadis yang berambut panjang tergerai dan memakai
dress berwarna gelap tersebut, ternyata dia rehan. Dia tak mencoba membohongiku
bahwa ternyata memang benar dia telah berada dimeja no. 23 hanya penampilannya
yang berubah drastis yang benar benar mengecohku.
“Jadi
kamu baru selesai setelah 5 tahun ka?”
“Iya han, banyak benget hal yang
harus ku selesaikan. Jadi 4 tahun itu belum bener bener selesai”
“luar
biasa ya kamu”
“kamu ini ngejek terus han. Tapi
benerloh aku masih heran ngeliat perubahan kamu sekarang. Bisa drastis seperti
ini. Aku aja sampe ga tanda tadi”
“biasa aja kali ka, setiap orang
juga bisa berubah kapan saja kan?”
“hehe iya juga ya, jadi kamu
masih kerja di perusahaan saham yang dibandung itu?”
“masih nih, 2 bulan lagi aku juga bakal ke singapure, disana ada kerjaan dikit dari perusahaanku”
“masih nih, 2 bulan lagi aku juga bakal ke singapure, disana ada kerjaan dikit dari perusahaanku”
“oh syukurlah, akhirnya anak
lulusan dari Panca Darma benar benar ada yang keep going and go internasional
haha”
“Ah kamu ini ada ada aja ka”
Aku masih bergurau sama suara haru biru. Pertemuan yang tak
pernah kuduga bakal seperti saat ini benar benar mengejutkan ku sontak
bersamaan dengan apa yang kulihat dari diri rehan. Dia berubah, pipinya
terlihat berwarna merah muda dan dengan terlihat jelas bibirnya yang berwarna
merah muda itu seperti dibaluti lipstick tipis. Rambutnya tergerai panjang dan
akhirnya aku bisa juga melihat sosoknya yang tomboy menggunakan dress berwarna
gelap. sangat kontras dengan kulitnya yang berwarna putih mulus. Aku masih
melihatnya saat ini, dia makan dengan sangan pelan. Bukan seperti dibuat buat,
sepertinya memang inilah sosoknya saat ini.
“Kita
ke Trans Studio yuk? Sambil cerita cerita pengalaman? Gimana?” tutur rehan
mengajakku.
“Ayo, boleh”
Kami berjalan melintasi kota bandung yang indah. Kelap kelip
lampu lalu lintas membuat eksotika malam di kota itu menjadi kian menenangkan
jiwa. Rehan hebat, dengan kesuksesan yang ia peroleh saat ini ia mampu membeli
sebuah mobil avanza pribadi hasil jerih payahnya sendiri. Aku sedikit malu
untuk mengakui ini, tapi saat ini aku berada bersamanya didalam mobil yang ia
punya.
“Sejak
kapan pinter nyetir ka?”
“Sejak aku PPL di semarang han.
Pak yanto yang mengajariku menyetir. Waktu itu kan tugasku mengantar – jemput
barang dari perusahaan yang ia kelola”
“Nah, itu kenapa ga Tanya
lowongan ke bapak yanto itu?”
“Sayangnya udah 1 tahun setengah
ini perusahaan itu di teruskan oleh anaknya. Tepat setelah mendinag wafat han”
“Oh, maaf ka aku ga tau kalo gitu
ceritanya”
“Gapapa kok, Oh iya bahasa kamu
kenapa jadi sok EYEDE begitu?”
“Haha kok EYEDE sih ka? Kita kan
warga Negara Indonesia yang baik, jadi ikuti saja prosedur yang ada”
Kami tertawa lepas secara bersamaan. Bagaimana rehan yang
kukenal 5 tahun lalu. Dengan tutur bahasa yang berantakan dan mimic bicaranya
yang terkadang membuatku rindu padanya. Dia benar benar berubah dari segala
segi kehidupan. Punya pekerjaan, Sudah punya apartemen dan mobil pribadi,
berkehidupan cukup dan tentu saja memiliki pribadi yang baik serta cantik.
Mungkin proses pendewasaan setelah tamat dari kampus lah yang membuatnya
seperti saat ini.
“Jadi,
selama aku ga ada dikampus siapa pacar kamu ka?” kami berjalan bersama
mengelilingi berbagai wahana yang ada di trans studio tersebut. Rehan terlihat
asyik dengan es krim yang aku belikan di tempat wisata tersebut.
“Aku
masih single aja. Sampe saat ini”
“Kok ga
pernah laku ya ka? Haha”
“Ah
kamu ini ngeledek terus! Mau coba naik wahana itu ga?”
Kami berdua. Kami bersama. Tertawa dan menyatu dalam
adrenalin yang memuncak naik. Jeritan jeritan takut yang sama sama keluar dari
hasil adrenalin kami membuat suasana kian akrab dan menyatu bersama malam.
Beberapa wahana telah kami coba dan selalu saja setelah turun dari salah satu
wahana yang ada di tempat wisata tersebut membuat rehan harus kekamar mandi.
Sepertinya ada salah satu kebiasaan lama yang masih terbawa sampai saat ini.
“Makasi
yah han. Lain kali ajak aku ketempat yang asyik yang ada dibandung”
“oke
sip mamen. Selo aja haha”
“nah,
sebenernya kata kata kaya gitu han yang aku tunggu! Oke selamat malam”
“Haha
Oke bye aska”
Hai wisesa? Malam yang indah bukan? Pernahkah aku berharap
malam ini benar benar terjadi? Bisa berdua bersama menghabiskan sinar bulan
dengan cinta lama yang belum bisa menyatu. Aku bahagia. Rasanya ingin memainkan
dan mengulangi cerita seperti ini berulang ulang. Bersama dia, bersama wanita
yang aku cintai.
Aku sudah sebulan untuk berada di Bandung. Belum ada
panggilan dari perusahaan ataupun instansi pemerintahan yang telah ku kirimkan
surat lamaran. Sepertinya memang nasibku yang harus lama mendapatkan pekerjaan.
“Mas Aska ayo bangun itu diluar
sudah ada orang yang nungguin mas. Katanya ada informasi penting mengenai
lamaran pekerjaan”
Aku langsung lompat dari tempat tidurku. Dan melihat kearah
bibik yang memberitahukanku kabar gembira tersebut.
“Bibik
serius?”
“Iya
mas, sudah sana cuci muka terus langsung temui orangnya di depan”
“Ah ga
perlu cuci muka segala bik. Makasi ya bik informasinya”
Aku berlari keluar dari kamar. Masih menggunakan celana
pendek dengan raut wajah yang berantakan.
“Rehan?
Ada apa pagi pagi kesini han?”
“Ya ampun Aska! Bener bener
cerminan budaya pengangguran ya? Udah jam 09.00 pagi masih molor? Terus keluar
dengan kondisi kaya gini? Untung yang dateng aku, gimana kalo pegawai dari
perusahaan yang mau ngabari kamu tentang lamaran pekerjaan?”
“Hehe, udah langsung ketopiknya
aja. Ada apa pagi pagi kerumah han?”
“Oh iya sampe lupa. Gimana kalo
kita bicaranya diluar aja? Sekalian ada yang pengen ketemu banget sama kamu.
Ada juga informasi tentang pekerjaan. Aku tungguin kamu mandi sana cepetan!”
“Haha oke oke bawel!”
Rehan mengajukan permintaan untuk dia yang menyetir. Dia
ingin memamerkan kepintarannya dalam menyetir mobil kepadaku. Kami berjalan
menuju sebuah toko kue yang ada dipinggiran jalan raya. Katanya ada yang ingin
sekali bertemu denganku.
“Jadi gini, 1 bulan lagi aku kan
bakal ke singapure. Jadi ntar kamu mau ga gantikan posisi aku di kantor? Tenang
aja kemarin aku uda bicarain sama atasan aku dan dia setuju. Kamu sama aku kan
satu fakultas dan hampir sama jurusan kita. Ntar kalo atasan aku ngerasa cocok
sama kamu, kamu bisa diangkatnya buat jadi karyawan tetap diperusahaannya.
Gimana? Tertarik?”
“Wah! Banget han. Jadi kapan aku
mulai masuk kerja?”
“Ya ntar tunggu aku kesingapure. Sekitar sebulanan ga nyampe gitu deh. Kamu siapkan aja segala keperluan buat disana ntar. Terutama surat lamaran pekerjaan seminggu lagi aku ambil ya?”
“Ya ntar tunggu aku kesingapure. Sekitar sebulanan ga nyampe gitu deh. Kamu siapkan aja segala keperluan buat disana ntar. Terutama surat lamaran pekerjaan seminggu lagi aku ambil ya?”
“Oke han. Makasi ya uda banyak
bantu aku selama di bandung. Hehe”
“Biasa aja kali ka, kita kan
temenan. Berarti uda sip ini kan?”
“Iya han. Oh iya ngomong ngomong
katanya ada yang pengen ketemu aku? Mana orangnya han?”
“Sabar ya ka, ntar lagi nyampe
orangnya”
Benar benar mencurigakan. Siapa yang ingin bertemu denganku?
Tuturku dalam hati sembari menenangkan hati dari rasa penasaran yang muncul.
“Nah
itu orangnya dateng”
“Aufa?
Seriusan? Aufa ada dibandung juga han?”
“Hai ka
lama ga ketemu. Kabar kamu gimana sehat?”
“Ya
ampun fa, uda lama banget kita ga
ketemu. Kabar ku sehat. Lu sendiri?”
“Ya
alhamdulillah sehat ka. Gimana? Uda denger kabar baik dari si satu ini?”
Tunggu dulu! Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Aufa tahu
akan kabar pekerjaan yang rehan berikan kepadaku? Ada apa sebenarnya? Tanyaku dalam
hati.
“Udah
fa, Alhamdulillah banget ya punya temen sebaik rehan”
“Haha,
ayo duduk lagi. Sorry telat ya”
Aku melihat binar binar warna kekaguman dari mata rehan
kepada Aufa. Memang, 5 tahun lalu tepatnya ketika kami masih berada disemester
2, Rehan dan Aufa sempat pacaran. Dan berkat sarankulah kepada rehan akhirnya
Aufa yang sejak awal ada dikampus itu menggilai rehan, bisa bersatu hingga 2
tahun selama berada di sana. 2 tahun melihat pemandangan yang membuat segalanya
bisa berubah drastis. Pagi kurasa malam, cahaya mentari kurasa gerimis dipagi
hari, entahlah rasanya begitu menyesal dengan kebodohan yang telah kuciptakan
ketika dimasa bangku perkuliahan ketika itu.
“Gimana
kabar anak anak yang lain?”
“yang aku tahu sih Cuma si Atika
sama Iqbal, mereka udah kerja di perusahaan ternama di Jakarta. Kalo si alif
sama juga kaya gua masih lontang lantung kaga jelas begini. Si regi yang gua
kaga pernah denger ceritanya”
“Haha masih segila dulu mereka?”
“Ya masih fa, tetep aja ga ada yang
berubah”
Rehan terlihat hanya terdiam disamping Aufa. Dia hanya
membolak balikan handphone yang ada ditangannya. Aku masih merasa janggal
dengan suasana ini. Namun kelihatannya belum ada kejelasan dari mereka. Aku
mungkin mulai merasa. Rasanya aku sedikit mencurigai kedekatan antara mereka.
Melihat mereka dengan tatapan pertanyaan dan disamping itu, aku harus menahan
segala rasa yang ada. Dengan harapan tidak kecewa dengan apa yang aku ketahui
kedepannya nanti.
“Han?
Kamu kok diem aja. Dulu biasanya elu yang paling rame?” tuturku menghangatkan
suasana.
“Oh,
Iya, enggak eh aku ketoilet sebentar ya?”
Rehan gugup. Matanya jelas memperlihatkanku sebuah keraguan.
Sekarang hanya tinggal aku dan aufa. Dan aufa mengeluarkan sesuatu dari tas
rehan. Sepertinya aku tahu benda yang akan dia keluarkan.
“Ini, maaf atas kelancanganku
teman, rehan sempat cerita beberapa minggu lalu kalo dia diberikan dress ini
sama elu, bukan gua ngelarang rehan buat nerima, Cuma biar suasana persahabatan
kita lebih enak aja ga ada rasa curiga antara satu sama lain”
“Loh? Maksudnya apa ini fa? Aku
beli ini buat rehan. Dan apa hubungannya sama suasana persahabatan kita?”
“Kelihatannya Rehan belum jelasin
satu hal pun ya sama kamu ka?”
Aku menggelengkan kepala dengan tatapan kosong kearah aufa.
Dalam hati beribu ribu pertanyaan mulai bermetamorfosis menjadi momok yang
menghantuiku.
“Kita
tunggu rehan aja ya buat ku jelasin”
Selang beberapa menit, akhirnya rehan keluar dari kamar
mandi. Matanya sembab, jelas terlihat memerah. Sepertinya dia menangis.
“Oke,
rehan nya udah dateng jadi bakal kami jelasin”
“Oke, aku siap mendengarkan penjelasan kalian”
“Oke, aku siap mendengarkan penjelasan kalian”
“aku dan rehan memang sempat
putus ka setelah 2 tahun jalan bareng, bahkan setelah lulus kami masih
menjalani hubungan masing masing. Tak ada ikatan tak ada hal yang berbau cinta
diantara kami, namun sepertinya tuhan berpihak pada cinta kami. Akhirnya
setelah lulus dan dipertemukan kembali setengah tahun lalu, kami kembali
bersama. Dan ini ada sesuatu acara sacral antara kami. Mohon datang ya, kami
juga uda mengundang teman teman yang lain”
Oh waktu berhentilah sejenak. Rasanya ada yang menikamku
dari belakang melihat semua ini terjadi padaku. Dress yang harus kembali
kepadaku dan sebuah surat undangan tunangan yang bertuliskan “AUFA & REHAN”
jelas terlihat oleh kedua mataku yang menahan airmata untuk menetes didepan
mereka. Aku berhasil! Akhirnya aku berhasil untuk benar benar menghancurkan
kehidupan yang kupunya selama ini. Selamat! Berkat saranmu 5 tahun lalu kepada
rehan ka, akhirnya saat ini rehan bisa tersenyum dan mencintai Aufa, sahabatmu
sendiri dan orang yang telah kau tawarkan kepada rehan. Tak ada alasan untuk
menyesal. Karena ini semua adalah hasil dari doa yang kau selalu ucapkan selama
ini bukan?
“Oh ya, Hehe akhirnya kalian jadi
juga yaa. Aku ikut merasa senang. Dan maaf atas dress ini aku benar benar tidak
tahu. Tapi sumpah fa, niatku ngasi dress ini Cuma sebagai oleh oleh sebagai
sahabat. Dan selamat atas keseriusan hubungan kalian. Aku turut bahagia”
“Aku ngerti kok ka, niat kamu emang
Cuma ngasi ini sebagai sahabat. Tapi ada hal lain yang buat aku ga bisa percaya
sama orang kalo ini jadi miliknya, lebih baik kamu simpan terus kamu kasih ke
orang yang kamu sayangi. Dan terimakasih atas ucapan selamatnya”
“Oh iya fa, sama sama”
Suasana benar benar berubah 180 derajat. Atmosfer reuni persahabatan yang harusnya
tercipta berubah drastic menjadi gelap dan mengganjal satu sama lain. Aku
bersikap seolah olah mencoba menetralkan suasana saat itu, namun kelihatannya
semua sia sia. Aufa menarik tangan rehan dan mengajaknya pergi dengan raut
wajah yang berbeda dari raut wajahnya ketIka pertama kali melihatku. Demikian
juga raut wajah rehan yang memudar seiring langkahnya meninggalkanku. Hanya
kepalan tangan yang coba kulampiaskan ketika melihat wanita yang begitu
kusayangi harus kulihat bersama pria lain. Sepertinya untuk mengikhlaskanmu itu
yang sulit untuk ku lakukan han, bagaimana tidak. Aku sudah pernah mencoba
mengikhlaskan mu dengannya ketika dikampus dahulu, dan mengorbankan banyak hal cinta,
perasaan, ego dan kecemburuan yang harus ku tanam dalam dalam bersama dengan
airmata. Belum pernah rasanya aku sebodoh ini. Aku disini saat ini, dan aku
ingin kau mengerti bahwa aku disini karena dirimu. Tapi ternyata harapanku
bergeser jauh dari kenyataan. Aku bahkan tak pernah coba berfikir bahwa kau
akan kembali bersamanya.
Rasanya
aneh bila aku tak datang untuk membantu persiapan acara akbar mereka. Apalagi
disana telah menungguku beberapa sahabat Atiqa, Iqbal dan Alif. Mereka datang
dari Jakarta membantu segala persiapan demi kesuksesan acara kedua sahabat kami
tersebut. Aku masi dikamar, mencoba menakhlukan perasaan ini dengan segenap
airmata. Aku ingin untuk sekali ini saja, wahai perasaan yang seharusnya pergi
menghilang, berhentilah untuk terus menuntutku bersamanya! Tak kau lihatkah
bagaimana bahagia dirinya untuk menyambut esok? Jadi aku perintahkan kau untuk
tidur sejenak dan bantu aku menakhlukan hari ini.
“Akhirnya dateng juga lu ka.. yuk sini bantu bantu”
“Apa kabar lu shob? Kangen bener gua sama lu”
“Jangan bengong aja, ayo banyak kerjaan yang menanti”
Begitulah kalimat kalimat pengawalan dari ketiga sahabatku.
Ya meskipun tanpa Regi kami tetap kompak seperti dahulu, hanya ada beberapa
perbedaan diantara aku dan aufa.
“Si regi bisa datengnya ntar malem, dia ada lembur katanya
yg ga bisa ditinggalin”
Tutur atika salah seorang sahabatku.
“yaudah yang pernting besok hari ‘H’ antara Aufa & Rehan
sukses sesukses suksesnya..”
“Amin..” tuturku mendengar perkataan Iqbal.
Rehan langsung melihat kearahku dengan sorotan mata yang
seperti ingin mengatakan sesuatu kepadaku. Aku hanya tersenyum kearahnya,
matanya jelas memancarkan cahaya berkaca kaca. Apakah ia kagum dengan keteguhan
ku atau dia kecewa dengan ku, entahlah aku juga tak mengerti.
Saat ini aku sedang berbaring di salah satu kamar dirumah
rehan, sudah pukul 23:45 menit. Terlihat Iqbal dan Regi sudah telelap tidur,
mungkin karena kelelahan satu harian mempersiapkan semuanya. Hanya aku yang
belum bisa memejamkan mata ini. Aku hanya memandangi biasan cahaya yang
dipancarkan bola lampu yang ada dikamar tersebut. Mengingatkanku tentang
pandangan rehan terhadapku tadi siang. Apa yang dia maksudkan dengan memberikan
kepadaku sorotan mata seperti itu? Handphoneku bergetar. Ada sms masuk dan langsung
kulihat isi pesannya.
“Kamu pasti belum tidur, bisa keluar sebentar? Pengirim –
Rehan ”
Awalnya sempat ragu untuk mengikuti kemauannya, mengingat
saat ini aku sedang berada dilingkungan hari H dirinya besok. Apalagi disini
ada beberapa orang temanku, aku takut terjadi salah faham, tapi hati ini
bergerak mengikuti haluannya. Ia ingin untuk aku mengetahui apa yang sebenarnya
rehan mau. Jadi dengan menutupi segenap perasaan bersalah aku memberanikan diri
untuk keluar dan menghampirinya yang kulihat sedang menungguku di teras
belakang rumahnya.
“Hai, kenapa belum tidur?” tuturku padanya yang terlihat
sedang melamunkan sesuatu hal.
“Eh, iya aku belum ngantuk. Ternyata dugaanku benar kamu
belum tidur. Kamu sendiri kenapa belum tidur?”
“Sama, aku juga belum ngantuk han, ada apa? Aku takut ada
salah faham kita berbicara berdua seperti ini”
“Tak ada yang perlu ditakuti, ini sudah pukul 03:30 pagi
aufa dan yang lain aku yakin sudah terlelap pulas. Ada hal yang ingin
kutanyakan..”
“Apa?” Tanyaku sembari penasaran.
“Bukan kah kamu sudah diberikan oleh ibuku sebuah paket
kotak? Kenapa tidak bercerita padaku kalau kamu ada kerumah beberapa bulan
lalu?”
“Iya ada, maaf aku rasa tak terlalu penting untuk
memberitahukanmu bahwa aku sempat datang kerumahmu beberapa bulan lalu..”
“Kenapa? Dari dulu selalu saja meremehkan sesuatu hal ya
ka?”
Rehan membiaskan sinar matanya kearahku, dan tent saja ini
membuat sedikit perasaanku bergetar karenanya.
“Aku datang hanya untuk bersilaturahmi saja”
“hanya bersilaturahmi? Bukankah kamu mencari informasi
tentang keberadaanku saat ini ?”
“Ya, itu juga sebenarnya. Hanya sekilas ingin mengetahui
kabarmu saja”
“aku juga ngerasa aneh, kamu datang kebandung tiba – tiba
tanpa ada hal yang penting kemudian tinggal disina sebagai pengangguran? Ada
apa sebenarnya ka?”
“Aku memang berniat mencari lowongan..”
“Berhenti untuk terus membodohiku ka! Mau sampai kapan kamu
terus tutupi semua itu? bahkan sampai di ujung cerita seperti saat ini kamu
masih bisa menutupinya? “
Rehan mengerang kearahku. Aku sontak terkejut mendengar
suaranya yang dibelakangi nada isak tangisnya. Airmatanya membeludak dan entah
mengapa aku begitu tak kuasa melihatnya seperti saat itu.
“Aku capek ka! Dari awal masuk di kampus itu hingga saat ini Cuma bisa diam dan diam. Kamu terus menutupinya hingga rela menyerahkan ku kepada aufa? Aku mohon dengarkan aku!”
“Aku capek ka! Dari awal masuk di kampus itu hingga saat ini Cuma bisa diam dan diam. Kamu terus menutupinya hingga rela menyerahkan ku kepada aufa? Aku mohon dengarkan aku!”
“Apa yang kamu bicarakan han? Ini kenapa kamu nangis seperti
ini? Tak enak jika ada yang melihat kamu begini!”
“Biarkan saja! Biar kamu lihat bagaimana gila nya aku yang
mencoba menyingkirkanmu dari segala khayalan yang ada! Kamu memang pengecut
yang tak bisa mengerti perasaanku!”
Aku mengepalkan tangan. Rasanya ini kenyataan bodoh yang
pernah kulakukan. Aku tak kuasa membendung airmata. Tak ingin rehan melihat air
mata yang menetes, aku membelakanginya.
“Aku ga nyangka, kamu benar benar pengecut ka! Aku salah
pernah berharap kau mencintaiku! Ini yang terkahir ka, setelah besok ga akan
ada kesempatan sedikitpun diantara kita”
Suara hentakkan kakinya terdengar, perlahan demi perlahan,
langkah demi langkah, dan seiring bergulirnya peristiwa ini aku ingin sekali
ini mengakuinya. Aku, aku tak bisa terus menerus membodohi diri dengan pura
pura mengabaikannya begitu saja, aku langsung berbalik badan dan ku genggam
tanggan rehan yang beranjak meninggalkanku.
“Maaf han, mungkin kau benar kalau akulah pengecut yang
paling rendah di dunia ini. Untuk mengakui perasaanku, untuk berterus terang
bahkan untuk mewujudkannya saja sama sekali tak pernah ku coba. Tetaplah
disini, aku akan bercerita semuanya padamu”
Rehan melihatku yang menarik tangannya, ia melihat mataku
yang semakin memerah dan meneteskan airmata. Demikian juga dirinya. Rasanya
aneh mengakui ini, tapi aku benar benar tak ingin kehilangannya meskipun malam
ini adalah malam terakhirku untuk mencintainya.
“Harus ku akui, seberapa besar rasa yang kutanamkan didasar
hatiku dari dulu hingga sekarang, aku tak pernah menyangka bahwa bisa
mencintaimu sampai sedalam ini, aku hanya takut bila denganku, kau tak kan
pernah bahagia. Aku bukanlah sosok yang sempurna, itulah alesan kenapa aku
menyerahkan sepenuhnya kepada Aufa. Aku sengaja pura pura tak memperdulikanmu
dulu, mencoba mencari cara untuk tak menunjukkan apa yang aku rasakan, semua
itu kulakukan hanya untuk kau bahagia. Aufa bisa membahagiakan mu bahkan hingga
saat ini. Sejujurnya bukan mencintaimu yang sakit, tapi bagaimana mataku
melihatmu bersamanya. Itu saja yang membuatku sakit. Hingga harus ku tutupi
perasaan dengan topeng dan sandiwara yang sengaja aku mainkan. Rasanya hancur
begitu mendengar kau memilihnya, meninggalkanku dan membiarkanku sendiri.
Kampus menjadi sebuah kastil menyeramkan setelah hari itu, aku tak ingin
berlama lama disana karena takut melihatmu bersamanya. Hingga kau lulus dan tak
pernah memberikanku kabar sama sekali, aku sangat ingin mengetahui dimana dan
sedang bersama siapa kamu saat itu, tapi mungkin sakit yang kamu miliki lebih
besar dari sakitku. Aku terus mencari informasi tentang keberadaanmu dan
akhirnya aku beranikan diri untuk datang kerumahmu han, bertanya kepada ibumu
dan beliau memberikan sebuah kotak yang berisikan kata kata cintamu kepadaku.
Terimakasih untuk itu. kemudian aku beranjak meninggalkan Jakarta dan memulai
kehidupan di bandung dengan harapan bisa bersamamu. Namun setelah semua nya
terjadi, sayang aku terlambat lagi. Bahkan saat ini kamu sudah bulat untuk
mengikat komitmen kepadanya. Tapi itu semua hanyalah pengalaman yang tak harus
berakhir seperti yang ku inginkan karena melihatmu bahagia itu lebih dari cukup
han..”
Rehan kembali menangis begitu mendengar pengakuanku.
“Kami bodoh ka! Aku selalu menunggumu untuk mengatakan semua
ini! Dari awal kita kenal diospek bahkan saat aku bersama aufa aku juga
berharap kamu jujur kepadaku. Namun sepertinya aku hanya berandai andai. Aku
memang sengaja memotong tali silaturahmi kita agar aku bisa lepas dariperasaan
itu, berharap setelah pindah dan memulai kehidupan dengan kesibukkan baru di
bandung, tetapi memang ga pernah bisa! Akhirnya aufa kembali muncul didalam
kehidupanku, dia menawarkan sesuatu hal dari masalalu, aku kira tak salah untuk
kembali mencintainya dan melupakanmu. Namun sepertinya tuhan mengatur
segelanya, kamu menyusulku ke bandung dan kembali mengingatkan ku kepada
perasaanku yang sampai saat ini masih kupedndam, Dan apa kamu melihatku bahagia
dengan kondisi seperti ini ka?”
“Aku yakin kamu bahagia han, percayalah ini yang terbaik”
“Udah! Aku bosan dengan semua ini. Aku capek ka! Aku capek!
Aku bisa saja membatalkan semua ini kalau aku mau! Berkeraslah untuk memilikiku
dan akan kulakukan semuanya!”
“Kamu ngomong apaan han? Uda telat ini semua. Udahlah
mungkin ini memang jalannya!”
Rehan berhenti sejenak. Ia menunduk dan mengepalkan kedua
tangannya.
“Oke! Jika kamu memang menginginkan ku bahagia bersama Aufa,
katakan itu semua sambil memandang kedua mataku!”
Aku sontak membeku. Intruksi rehan benar benar sulit
kulakukan. Aku melihat kedua matanya dan mencoba mengalahkan perasaan yang ada?
“Kamu ngomong apa han? Uda besok kamu harus bangun pagi jadi
sebaiknya..”
“Aku mau kamu lakukan itu! dan kita anggap semua ini
selesai!”
Aku melihat binar binar kesungguhan dimatanya, aku coba
mengalahkan semuanya malam itu. akan kucoba meskipun itu artinya aku yang harus
sakit.
“Aku.. Aku.. Ak.. Bahagia AKU GAK BISA TANPA KAU HAN!!!!”
Aku tak bisa melakukan semua itu. rasanya aku benar benar
bodoh bila membodohi perasaan itu lagi. Sudah cukup rasanya aku menyiksanya,
biarkan aku mencintainya untuk satu malam ini saja. Aku memeluknya, rehan juga
memelukku. Rasanya aku bisa mendengar suara degub jantungnya yang semakin
memuncak. Demikian juga denganku. Aku langsung tesadar bahwa semua ini salah,
ini semua bukan jalan yang tepat. Aku mungkin bahagia bila ia bersamaku, namun
bagaimana dengannya? Aufa maksudku, aku mengerti betul bagaimana perasaan aufa
kepada rehan, rasanya begitu menjadi pecundang dengan muncul tiba tiba di
tengah cerita mereka seperti ini.
“Aku hanya ingin mengatakan, aku sama sekali tak pernah
berusaha untuk mencintaimu. Selama ini semua yang kulakukan hanyalah topeng
belaka, maaf tapi perasaan yang dulu benar benar sudah ku buang han”
Rasanya sakit sekali untuk melakukan hal ini, sudah berapa
ratus kali pembodohan pembodohan yang sengaja ku lakukan hanya untuk
kebahagiaan orang lain? Aku berharap rayhan mengerti, namun sepertinya
bertimbal balik dari apa yang ku harapkan darinya.
“Aku sudah menyadarinya ka, aku mungkin terlalu bodoh
mencintaimu dan menyia nyiakan aufa. Maaf sudah membuat forum yang salah pada
saat seperti ini. Aku mengerti, kalau hanya perasaanku saja yang mencoba
menggapaimu. Namun memang kelihatannya tak bisa. Bisakah kau mengatakannya
untuk yang terakhir kalinya kepadaku? Ku mohon tatap mataku!”
“sepertinya banyak hal yang bisa kita lakukan dari pada
untuk membuang buang waktu melakukan hal konyol seperti ini. Maaf atas
semuanya, aku capek ingin kembali kekamar. Selamat malam”
Aku meninggalkannya.
Aku mundur, aku mengalah dan mencoba menutupi segala
kenyataan yang ada. Ya, satu satunya hal yang selalu bisa ku bohongi dan
membuat seorang rehan percaya adalah mengatakan kepadanya semua yang bertimbal
balik dengan apa yang kurasakan. Aku sadar, dari sisi manapun ini semua salah!
Aku ke kanan dan apakah harus mementingkan keegoisan diri sendiri tanpa
memikirkan perasaan orang lain? Aku ke kiri, ini sudah kesekian kalinya aku
menyiksa diri dengan membohongi perasaaku sendiri. Namun kelihatannya melihat
orang lain bahagia dengan apa yang aku korbankan sedikit membuat rasa bangga
pada diriku sendiri muncul.
Rasanya aku berjalan sendirian di koridor penghapusan dosa.
Air mata dan kepalan tangan disertai dengan penyesalan yang tak bisa kujelaskan
rasanya membuat background malam itu berlalu. Aku sama sekali tak memberanikan
diri untuk menoleh kebelakang dan melihat rehan. Rasanya ingin segera tidur dan
menyisihkan segala kepenatan yang ada. Dalam hatiku tentunya.
Harinya
tiba.. seluruh keluarga telah berkumpul. Dari pihak Aufa maupun Rehan. Untuk
pria sesukses Aufa wajar rasanya bisa mengadakan acara semewah ini padahal
hanya dalam rangka tunangan semata. Sedikit muncul rasa iri namun seperti nya
ini semua mampu membuat hidup rehan bahagia kedepannya nanti.
“Ayo ka, kelamaan lu! Acaranya segera dimulai tuh”
“Ayo ka, kelamaan lu! Acaranya segera dimulai tuh”
“Iya
ga, lu duluan aja ntar gua nyusul kok”
Pintu tertutup rapat, aku membiarkan diri menyendiri.
Mencoba mengumpulkan kekuatan untu berdiri dan menahan segala rasa yang ada.
Ini tak seperti yang biasanya, karena hari ini adalah hari penentuan. Dimana
orang yang ku sayang dan menyayangiku harus mengingkatkan komitmen bersama
orang yang sama sekali tak ia cintai. Sungguh perjuangan hidup yang luar biasa
bagiku.
“Entahlah
tuhan, rasanya aku ingin hancur saja. Bagaimana rasa ini aku juga sudah tak
bisa menggambarkannya lagi”
Tetes demi tetes air dari kelopak mata menetesi lantai di
salah satu kamar rumah rehan. Hanya sekedar pelampiasan rasa sakit yang coba ku
tahan. Dan semoga bisa bertahan sampai acara selesai. Acara dimulai, sayup
sayup suara para tamu undangan bergemuruh terdengar. aku sudah berada tepat
disamping rega dan alif temanku. Ku lihat aufa sudah bersiap sedia menyematkan
cincin di jemari manis rehan, namun rehan tak kunjung kulihat.
“Lebay
sekali melakukan hal ini, seperti cerita di film india saja dibuatnya!” Tuturku
dalam hati sambil mencari sosok yang kusindir.
“dimana rehannya kenapa ga
muncul?”
“Ga tau
gua ka, mungkin lagi persiapan”
“Askaa!
Sini sini..!” panggil atika kepadaku, aku langsung menghampirinya.
“Ada
apa ka? Mana rehannya kok ga muncul?”
“aduh gua mesti ngomong gimana ya
ka, rehannya ga berenti nangis dikamar. Gua disuru manggil elu, ayo ikut gua!”
Aku dan atika langsung berjalan kearah kamar rehan. Disana
terlihat rehan dengan wajahnya yang dihias manis layaknya seorang wanita
feminim. Aku sedikit merasa janggal, namun semua itu berubah begitu aku melihat
matanya sembab memerah dan membengkak akibat rehan menangis terus.
“Yah, apaan sih ini! Acara uda
mau dimulai tapi? Han ayolah kenapa gini sih? Gausah sok adegan film kuch kuch
hota hai gini deh! Lebay tau gak! ”
“tunggu tunggu dulu, sebenarnya
ada apa antara kalian ini? Aska? Rehan? Coba jelasin!” Tanya atika.
“biarlah, puas puasin aja kamu
mau ngomongin aku pake kata apapun, toh setelah ini ga akan ada kenyataan untuk
KITA”
“tolong jelasin ke aku dulu!
Rehan! Aska!” atika kembali meminta salah satu diantara kami memberikan
penjelasan.
“Nanti ku jelaskan! Sekarang yang
penting kamu benerin dulu rehan, aku mau kedepan”
“Askaaaaa!”
terdengar lantang suara rehan memanggilku.
“Apa lagi han? Apa? Belum cukup
semua yang ku katakan tadi malam? Apa yang ingin kau pertanyakan lagi? Semuanya
sudah jelas! Bersikaplah dewasa untuk semua ini untuk apa kamu melakukan hal
yang sudah tak ada? Untuk apa?!”
“Ada
apasih ka?” atika kembali mempertanyakan suasana ganjil yang ada ditengah
tengahnya.
Rehan hanya terlihat menangis, menangis dan menangis. Aku
bahkan lelah melihatnya bersikap seperti itu.
“Lebih
baik aku tak ada disini! Aku salah besar untuk berada disini!” tuturku
kepadanya.
Aku beranjak pergi, meninggalkan kamar rehan, meninggalkan
rumahnya dan meninggalkan acara. Apa cerita di balik hari itu aku tak tahu. Aku
sudah tak bisa bila berada terus lebih lama lagi disana. Bukan hanya rehan yang
akan sulit menerima segalanya jika aku ada, acaranya juga pasti akan berubah
tak seperti yang diharapkan. Jadi lebih baik aku pergi meskipun aku sangat
ingin melihat kebahagiaan antara Aufa dan Rehan.
Aku kembali
ke bandung. Mencoba menenangkan diri dan berteman dengan sepi. Setelah hari
dimana aku pergi meninggalkan acara, aku tak pernah menghubunginya. Rehan sempat
beberapa kali menghubungiku namun tak pernah ku hiraukan. Ini sengaja ku
lakukan untuk memperbaiki keadaan yang terlanjur berantakan. Aku juga sudah berjanji pada diriku untuk tak
mengganggu dan datang dikehidupan rehan lagi. Semua ini kulakukan hanya untuk
membuatnya bahagia bersama aufa yang saat ini menjadi tunangannya. Sudah sebulan
sepertinya ia bisa berjalan diatas kehidupan sebagai bagian dari hidup aufa. Aku
selalu tahu bahwa endingnya akan seperti ini, ending dimana aku memanglah bukan
untuknya.
“Mas,
ada tamu diluar..”
“Siapa
bik?”
“Mbak
rehan mas..”
“Bilang
saja saya sedang tidur”
Dia datang kembali, untuk apa menemuiku lagi? Saat ini alur
cerita kita sudah berjalan sesuai dengan jalurnya. Tak ada yang harus di
perbaiki karena memang inilah mungkin akhir dari cerita kita.
“Jangan
jadi pengecut ka! Lagian aku kesini hanya ingin bercerita, bukan menuntu
apapun.” rehan tiba tiba masuk ke kamar sambil mengatakan hal tersebut.
“Apa
yang perlu di ceritakan han?”
“kenapa
harus menghilang dari acara?”
“ada keperluan mendadak, salah
satu perusahaan yang ku berikan surat lamaran pekerjaan menghubungiku dan
mengatakan bahwa aku diterima disana dan harus langsung interview hari itu juga”
“jangan bodoh! Hanya untuk
menutupi perasaanmu dari kenyataan kan? Untuk apa berlari lari seperti ini dan
berkata bohong kepadaku? Kamu kan sudah menerima tawaranku bekerja di
perusahaanku?”
“aku tidak bohong, memang begitu
kenyataannya han. Aku juga belum menanda tangani surat kontrak di perusahaanmu
kan? Jadi gak ada lasan buat aku gak mencari tempat yang lebih layak”
“bilang saja kamu ga sanggup
melihat aufa menyematkan cincin ke jariku makannya kamu lari dari acara?”
“Bodo! Emang apa alesanmu ngomong
kaya gitu ke aku? Kamu kira aku begitu menggilaimu han? Siapa kamu!”
“berhentilah jadi orang lain ka,
untuk apa kamu memelukku ketika malam itu? dan berkat itu akhirnya aufa
membatalkan semuanya!”
“membatalkan? Maksudnya?”
“Ya, aufa membatalkan acara pertunangan
kami. Ditengah tengan acara yang begitu megahnya ia berbicara dengan suara lancang.
Mengatakan bahwa ia tidak bisa mengikat komitmen bersama gadis yang terlanjur
mencintai orang lain dan dicintai orang lain”
“Tapi kenapa han?”
“Karena dia melihat kita
berpelukkan di teras rumahku ketika malam itu..”
“Oh tuhan! Aku bisa ngejelasin ini semua sama dia. Hubungan kalian pasti akan baik baik saja han sekarang kita kerumah aufa”
“Oh tuhan! Aku bisa ngejelasin ini semua sama dia. Hubungan kalian pasti akan baik baik saja han sekarang kita kerumah aufa”
“gak ada gunannya lagi ka, aku
udah certain semuanya sama dia”
“Bodoh banget han! Bodoh banget! Aku
jadi ngerasa bersalah tolong maafkan aku. Aku.. aku akan menemui aufa dan
meminta maaf kepadanya!”
“Dia sudah pergi, dia ada tugas
mendadak di amerika dan dia memberikan surat ini untukmu”
Sepucuk surat beramplop dan
bertuliskan namaku diberikan rehan, dari Aufa.
Dear Aska Wisesa.
Aku ga tau mesti ngomong dari
mana sama lu sob, tapi aku pengen minta maaf sama elu. Udah banyak yang uda elu
korbanin buat aku sama rehan, uda cukup banget kami nyiksa elu. Aku sadar ka
kalo elu sayang sama rehan dari dulu banget semasa kuliah, Cuma entah kenapa
hati gua ga bisa ngikhlasin rehan gitu aja ke elu. Besar rasa sayang gua ke
rehan tapi kenyataannya ada orang yang lebih memiliki perasaan yang besar
kepadanya. Tapi semakin kesini gua semakin sadar, kalo orang yang gua cintai ga
seneng sama apa yang gua lakuin untuknya, itu karena dari dulu sampe sekarang
hatinya Cuma buat elu. Ka, aku bener bener minta maaf tapi jujur gua iri banget
sama keberuntungan elu bisa miliki hati rehan. Beda sama gua yang Cuma bisa
miliki raga dia doang. Lu ga usah ngerasa bersalah sama apapun dicerita ini,
karena gua lah peran antagonisnya disini ka, untuk semua ini aku minta maaf
sama elu, sama rehan juga. Sebagai permintaan maaf gua, gua ngasi Cuma Cuma buat
kalian berdua 2 tiket buat holiday ke las vegas. Disana kalian bisa berdua
tanpa ada orang ketiga. Aku ngarepnya pulang dari sana kalian uda punya rencana
buat ngelanjutin hubungan kearah yang lebih matang. Tolong jaga rehan baik baik
ya. Aku percaya kalo elu itu bisa selalu buat dia bahagia sampe kapanpun.
Aufa
Tak kuasa ku
teteskan airmata begitu selesai membaca
surat dari salah seorang sahabatku itu, entahlah rasanya begitu tersisih oleh
rasa bersalah dan dalamnya penyesalan bisa berada ditengah tengah hubungan
mereka seperti ini. Aku melihat keara
rehan yang dari tadi melihatku menitikkan airmata begitu selesai me,baca surat
ini.
“Sekarang
ngerti kan? Bukan kamu yang buat semua ini berhenti ka, tapi aufa yang memang
menginginkan semua ini. Kalo kamu ga pengen dia terus ngerasa bersalah lakuin
apa yang dia pengen”
Ku rangkup
kedua tangan rehan, sambil mengahadap tepat dihadapannya.
“Aku minta maaf
se maaf maafnya han, aku minta maaf”
“Aku udah
maafin kamu, tinggal kamu yang maafkan diri kamu sendiri ka”
Aku tersenyum
tepat dihadapannya.
Hari semakin berlalu dan berganti.
Banyak kejadian kejadian baru yang ku alami bersamanya. Tertawa dengan dunia
baru diatas jendela pelangi yang akhirnya bisa kami ciptakan berdua. Bisa melangkah
bersama di tempat seindah las vegas berkat keikhlasan salah seorang sahabatku,
dan ditemani orang yang begitu kusayangi dan menyayangiku. Aku kembali hidup,
aku kembali bercerita dan mempunyai alur sendiri. Tak ada lagi beban yang harus
aku dan rehan tutupi satu sama lain, berkat semua ini kami kian kokoh dengan
hubungan ini. Akhirnya aku bekerja di salah satu perusahaan yang menerimaku,
lumayan untuk nabung buat pernikahan ntar. Rehan juga sudah kembali dari
singapure dan kembali kerutinitasnya sebagai salah seorang pegawai perusahaan
di bandung. Sesekali atika, regi, alif dan iqbal datang menemuiku dan rehan. Bercanda
tawa dalam nostalgia semasa menjadi mahasiswa. Sebelum dipindahkan di Amerika,
aufa juga sudah mengucapkan selamat kepada aku dan rehan. Akhirnya aufa bisa
kembali tersenyum bahagia karena mendapatkan seorang gadis Indonesia yang
berkerja di amerika.
”Endingnya gini
ya ka, aku ga nyangka bisa jadi satu sama kamu kaya gini”
“Aku juga han,
untuk bermimpi memilikimu saja tak berani, apalagi memikirkan sampai sejauh ini”
“Akhirnya ga
main petak umpet lagi ya ka, nyembunyikan perasaan satu sama lain”
“Sekarang kita
bebas, mungkin ga semua kisah bisa happy ending, tapi sebagian penulis selalu
ingin membuat pembacanya lega dengan apa yang ia tulis. Setiap penulis ingin
ceritanya bahagia dan membawa inspirasi tanpa akhir yang menggantung bagi sang
pembacanya”
Kerumunan tamu mulai memadati
acara pernikahan kami. Aku melihat mata yang bercahaya dari sorot matanya. Bisa
duduk bersanding dengan orang yang kita cintai itu ternyata lebih bahagia
dibanding apapun.
“Akhirnya nikahan juga ya ka, kami turut
bahagia”
“Makasi tik, iqbal sama regi mana?”
“Ntar lagi dateng, katanya ada
sureprise dari mereka buat kalian”
“Nah, kalo pacar elu mata tik?”
Alif tiba tiba muncul ditengah
tengah perbincangan antara kami.
“Ini cowo gua yang baru, kenalin”
“Kalian jadian seriusan? Lif, coba
lu jelasin ke aku sama rehan?”
“Jadi semenjak semester 3 aku uda nyimpen rasa sama atika ka, Cuma
kaga berani ngungkapin. Baru sekarang beraninya”
“Sama eja elu, gak beranian kaya
aska lif!”
Kami tertawa bersama. Tak lama
datang kedua sahabat ku bersama dua orang wanita yang mereka gandeng. Membuat suasana
kian hangat dengan anda tawa yang tercipta. Sureprise yang dimaksud atika
ternyata bahwa Regi dan Iqbal ingin memperkenalkan pacar baru mereka kepada kami.
Indah memang indah, cinta yang ku
simpan rapat rapat akhirnya bisa membawaku terbang di bandara rehan. Seandainya
semua cerita cinta bisa membawa kebahagiaan dan bisa bersama orang yang mereka
cintai. Tapi hidup selalu berakhir indah. Jika kita bercerita tentang cinta dan
berakhir bersama cinta. Jangan pernah takut mengungkapkan rasa, sebab rasa
adalah salah satu bentuk pendapat kepada orang yang kita cintai. Terimakasih
duniaku, kenyataan dan alur abadi yang telah tuhan ciptakan untuk sejarah
hidupku. Aku bahagia bisa bersamanya sekarang.
Manusia
Di Ujung Asa
1,2,3
Dan Rayhan Mutia Putri.
Dari – Aska Wisesa. Dan semua
kenyataan yang ada.
SELESAI