Aku masih bisa menulis bait – bait kata tentang mu,
menceritakan tentang kebersamaan kita dulu yang terampas oleh lajur waktu. Aku
masih membiarkan bayanganmu bermain denganku didunia khayalan yang kurakit
sendiri. Bayangan yang enggan pergi meskipun telah ku usir, telah ku hempaskan
bahkan tak kuanggap lagi. Itu semua adalah keinginanku untuk bisa lepas dari
jeratmu, namun sayang aku tak pernah benar-benar sukses dalam menakhlukan
bayanganmu yang kubuat didalam dunia imajinasiku sendiri. Dunia mimpi yang
seharusnya akulah yang menjadi sutrada sekaligus penulis naskahnya. Aku lah
pembuat ending cerita kita dan akulah dalang yang memainkanmu dalam dunia yang
telah ku bangun beberapa tahun lalu semenjak kau tak lagi berada disini. Aku
bahkan terjebak dalam dunia imajinasiku
sendiri. Kau yang saat ini telah pergi dan terus maju menjalani hidupmu,
dan akulah masalalu yang masih berjalan ditempat saja. Tempat yang dulu pernah
kau injak bersamaku dan sekarang sayangnya aku tertinggal oleh
langkah-langkahmu. yang tersisa hanyalah
jejak – jejak langkahmu yang seakan akan menggodaku untuk mengikutimu dimasa
depan. Aku menyadari bahwa apa yang saat ini kurasakan tak pantas untuk ku
nikmati, namun cinta membuatku merasa seakan akan aku tak bisa melakukan apa
apa lagi selain menikmati apapun yang pernah kita ciptakan berdua dulu. Aku
masih ingat bagaimana kalimat terakhir yang kau tulis tentangku di account
kesayanganmu dulu, namun seiring berjalannya waktu kalimat kalimat itu
menghilang tertindas oleh kalimat kalimat yang kau tulis setelahnya. Hal
sekecil apapun dulu yang pernah kau ciptakan untukku adalah hal paling berharga
yang tak akan pernah kulupakan sampai kapanpun. kau tak bersalah karena sebagai
manusia yang ingin terus kedepan, kau menyisihkan masalalu dan mencoba untuk
lupakan dan hapus semua yang pernah terjadi dengan siapapun itu. Kau tak
bersalah ketika ketidak pedulianmu dan kesan tak mengenaliku muncul ketika kita
berpas-pasan ditengan jalan. Kau sebenarnya ingin membantuku lepas dari
kenangan dan segala hal yang memang seharusnya ku tinggalkan, sama sepertimu.
Membuatku membenci dan mencemburuiku dengan orang-orang baru dalam kehidupanmu.
Tak pernah pedulikanku apapun yang terjadi, karena kau dan dunia ku telah
berbeda. Kita kembali menjalin hubungan sama seperti saat kita tak saling
kenal. Tak ada sapa`an, tak ada hubungan pertemanan, tak ada hal yang harus kau
dengar tentangku, bahkan tak ada aku dalam sejarahmu. Hanya saja aku ingin
bertanya padamu, Tak perlu jauh untuk beranggapan apakah kau merindukanku atau
apakah kau merindukan hubungan yang telah tiada itu, yang sesederhana
pertanyaan ini apakah kau pernah mengingat sosokku?
Waktu
memang akan terus berputar pada rotasinya. Kenyataan takdir memang sangat
memilukan apalagi ketika hal yang tak pernah kita bayangkan terjadi dalam
kehidupan kita. Tak ada persiapan ketika kau tinggalkan ku, tak ada kata kata
terakhir ketika kalimat selamat tinggal kau utarakan kepadaku, bahkan tak ada
senyum ketika langkah mu terus melaju dan terus hingga menghilang. Air mata
menjadi ungkapan perasaan yang seharusnya tak pantas ku keluarkan. Seharusnya
aku tersenyum ketika orang yang kusayang pergi untuk menjadi manusia yang lebih
baik lagi. Namun sayang yang terpintas dalam benakku bukan “Kau Mencoba pergi
dengan tujuan menjadi manusia yang lebih baik lagi dimasa depan” hati yang tak
rela menyimpulkan bahwa “Kau tak pernah berbahagia ketika bersamaku saat itu”
01 November 2012, 21:53
Tidak ada komentar:
Posting Komentar